Wednesday, February 18, 2009
Naik Bajaj
Naik Bajaj tuh menakjupkan. meskipun sudah berkali-kali naik Bajaj, aku tetap saja ketakutan. gimana nggak? sopir bajajnya kan kebanyakan ngawur banget nyetirnya. slebor, ugal-ugalan, nekat.... pokoknya menakjupkan banget! menakjupkan ngerinya gitu....
tapi yang kemaren tuh, aku dapet bajaj yang nyaman banget. berkat pak sopir bajaj yang rada kalem. dan gak sengawur bajaj-bajaj lainnya. gini nih sopir bajajnya tampak belakang! hehehehehee......
kalo yang ini pemandangan kanan kiri, selama naik bajaj. ampuuun... macetnya luar biasa. di sebelah kanan, mobil-mobil melintang gak karuan. gak ada yang mau kalah. sementara kalo lihat sebelah kiri, puluhan bajaj juga ikut berjuang berdesakan melepaskan diri dari simpul kemacetan. pusing aku ngeliatnya!
Monday, February 16, 2009
Mereka yang di pinggir jalan
apa yang mereka lakukan?
ada perlu apa mereka?
mau kemana mereka?
dari sekian banyak mereka yang juga terjebak macet,
atau menanti sesuatu di pinggir jalan...
apa ada yang sama denganku?
entah kisahnya...
atau nasibnya...
Sunday, February 15, 2009
Wisata Kuliner di Mayestik
Saturday, February 14, 2009
Cupcake Lucu!!!
setiap kali ke jakarta, ibu selalu membawakan oleh-oleh buat saudara-saudara yang ada di sana. kalo gak ayam panggang, ya kerupuk puli. karena sudah berkali-kali seperti itu, aku jadi bosan. bayangin aja, yang bawain oleh-oleh aja bosan, apalagi yang dikasi oleh-oleh ya?
akhirnya untuk rencana ke jakarta kali ini, aku cari ide di internet, dan ketemulah sama yang namanya Mbak Ipoet, di http://popocreation.blogspot.com yang ahli banget bikin cupcakes lucu-lucu. aku pun pesan untuk oleh-oleh dibawa ke jakarta. jadilah cupcakes sesuai permintaanku... lucu banget kan???
begitu nyampe di rumah saudara-saudaraku... dan aku berikan cupcake nya...
mereka senang sekali. tapi gak tega untuk makan tuh cupcake. gimana ngga? mana tega makan kaki kecil bayi... atau tangan bayi...
akhirnya... cupcake nya cuman diliatin aja... sambil mikirin gimana bikin bayinya, kok bisa lucu. ahahaahahahaa.....
sampe aku pulang ke jawa timur, cuman satu cupcake aja yang mereka makan.
thank you ya Mbak Ipoet, kapan-kapan aku mau pesan lagi!!!!
Friday, February 13, 2009
Pameran Batik Jawa Timur
begitu tiba di jakarta, aku sama ibu langsung menemui Tanteku yang lagi ikut pameran, kalo gak salah sih di kantor departemen perindustrian. temanya Batik Jawa Timur. peserta pameran semuanya adalah produsen batik dari hampir seluruh kota di jawa timur. tapi didominasi oleh produsen batik dari madura, karena memang batik madura memiliki khas yang unik banget.
begini suasana stan nya Tanteku. perwakilan dari Kabupaten Mojokerto. batiknya juga khas mojokerto. kekhasannya apa, aku sendiri gak tau tuh, hehehe
alhamdulillah... laris maniisss.....
kalo yang ini stan pameran milik salah satu perwakilan pulau madura, kabupaten pamekasan.
ini juga dari madura, kabupaten Bangkalan.
karena aku pecinta batik, aku sempat belanja beberapa lembar kain batik. asyiknya lagi, dapat harga murah. bayangin aja, kain batik 2,5 meter, berbahan katun, batik tulis, dengan pewarnaan alam, cuman seharga 100 ribu aja. sip kan?
penjualnya dari madura bilang kalo itu harga khusus karena dikiranya aku peserta pameran juga. biasanya dia jual 300ribu selama pameran ini.
alhamdulillah deh, aku beruntung sekali.
Monday, February 9, 2009
Uang Receh
Setiap hari, aku harus menyiapkan segenggam penuh uang receh, pecahan 100 atau 200. uang ini diperuntukkan bagi pengemis dan pengamen yang setiap hari meminta uang, tidak hanya ke tokoku, tetapi setiap toko di sepanjang jalan merdeka, dan mungkin juga di jalan-jalan lain. Awalnya aku tidak keberatan dengan rutinitas itu. Masa sih, dimintai uang 100 rupiah saja keberatan? Bukankah keuntungan setiap hari yang aku peroleh jauh lebih besar dari sekedar segenggam uang receh 100-an….
Tapi… lama kelamaan aku bosan dan muak!
Pertama karena pengemis dan pengamen itu meminta setiap hari. Aku telah memperhatikan, bahwa setiap hari itu para pengemis dan pengamen yang meminta uang adalah orang-orang yang sama. Dan kalau diperhatikan lebih seksama lagi, mereka memiliki jadwal tersendiri. Ada yang beroperasi pagi jam 9 pagi…. Dan seterusnya orang itu akan datang jam 9 pagi. Ada pula yang siang… sore… bahkan ada yang sehari datang mengemis 2 kali! Pagi dan malam. Setiap hari, bertemu pengemis dan pengamen yang sama.
Kedua karena kadang mereka sangat mengganggu. Seringkali ketika tokoku sedang rame, dan aku sedang pusing menghadapi pembeli yang crowded, ada pengamen yang malah bernyanyi keras-keras. Ampun deh, ya kalo suaranya enak di telinga, lha yang ini benar-benar gak karuan. Dan jika aku dari jauh menolak, dengan isyarat, ada yang langsung pergi dengan mengomel, ada pula yang malah dengaja meneruskan bernyanyi dengan suara paraunya sampai aku atau pegawaiku datang memberinya uang.
Ketiga karena…. Sudah menjadi rahasia umum jika pengamen atau pengemis tidaklah semiskin yang kita kira. Pernah dengar rahasia semacam itu kan?
Adikku bahkan terobsesi ingin menyewa detektif bayaran yang bisa menguntit setiap pengemis atau pengamen yang setiap hari meminta ke tokoku itu, sampau ke rumahnya masing-masing. Adikku ingin detektif itu bisa mengambil foto rumah secara lengkap para pengamen dan pengemis, termasuk isi rumahnya, dan daftar kekayaannya. Siapa tau rumahnya bagus, punya TV dengan seperangkat DVD player dan sebagainya, kulkas maupun sepeda motor. Tapi dimana ya bisa menyewa detektif seperti itu? Ehehehee…
Seorang petugas parker yang sering mangkal di depan tokoku pernah bercerita. Bahwa dia mengenal dua orang pengemis, karena tinggal di desa yang sama. Menurut ceritanya, dua orang pengemis itu sebenarnya kaya. Rumahnya berdinding bata (bukan bambu), anaknya semuanya sekolah sampai SMA dan seluruh keluarganya berdandan bagus. Bahkan setiap hari, salah satu pengemis itu diantar oleh cucu lelakinya dari desanya menuju jalan merdeka jombang dengan menggunakan sepeda motor. Nah lho…..
Aku pernah iseng, berniat memotret mereka satu persatu dengan kameraku. tapi gagal total. Karena tampaknya mereka malu. Ketika mereka datang ke toko dan menjulurkan tangannya, aku datang membidiknya dengan kameraku sambil membawa uang receh, eh mereka malah pergi sambil menundukkan kepala agar tidak kena foto. Malukah?
Keempat karena… aku pikir memberi mereka uang setiap hari sama sekali tidak mendidik. Sebagian besar mereka adalah orang-orang usia produktif, yang sebenarnya masih kuat bekerja. Ada pengemis yang masih berusia sekitar 30, pria, berbadan sehat dan tegap. Sungguh tidak pantas dengan profesinya sebagai peminta-minta. Makanya, sometimes kalo aku membeli sesuatu, martabak manis misalnya. Jika ada beberapa penjual martabak manis yang berjejer, aku bakalan memilih yang penjualnya adalah anak muda. Karena aku sangat menghargai kemauan mereka untuk bekerja, untuk berusaha mendapatkan uang dengan cara yang baik. Bukan dengan mengamen atau mengemis. Berbeda dengan Ibuku yang akan memilih beli di penjual yang tua, karena menurut Ibu, penjual yang tua pasti memiliki keluarga (anak-istri) yang bergantung kepadanya. Well, pendapat dan cara pandang orang terhadap setiap masalah memang bisa berbeda. Boleh saja kan?
Lagipula, ada banyak cara menyalurkan zakat dan sedekahku. dan ada lebih banyak orang yang lebih pantas menerima sedekah. Tidak harus dengan memberi uang receh kepada para pengemis dan pengamen kan??
Jadi kini… aku tidak mau lagi repot-repot menyiapkan segenggam uang receh setiap hari. Cukup ada sedikit saja… secukupnya. Untuk pengemis yang benar-benar tua dan tidak mampu bekerja.
Hhm… tidak apa-apa kan?
Tapi… lama kelamaan aku bosan dan muak!
Pertama karena pengemis dan pengamen itu meminta setiap hari. Aku telah memperhatikan, bahwa setiap hari itu para pengemis dan pengamen yang meminta uang adalah orang-orang yang sama. Dan kalau diperhatikan lebih seksama lagi, mereka memiliki jadwal tersendiri. Ada yang beroperasi pagi jam 9 pagi…. Dan seterusnya orang itu akan datang jam 9 pagi. Ada pula yang siang… sore… bahkan ada yang sehari datang mengemis 2 kali! Pagi dan malam. Setiap hari, bertemu pengemis dan pengamen yang sama.
Kedua karena kadang mereka sangat mengganggu. Seringkali ketika tokoku sedang rame, dan aku sedang pusing menghadapi pembeli yang crowded, ada pengamen yang malah bernyanyi keras-keras. Ampun deh, ya kalo suaranya enak di telinga, lha yang ini benar-benar gak karuan. Dan jika aku dari jauh menolak, dengan isyarat, ada yang langsung pergi dengan mengomel, ada pula yang malah dengaja meneruskan bernyanyi dengan suara paraunya sampai aku atau pegawaiku datang memberinya uang.
Ketiga karena…. Sudah menjadi rahasia umum jika pengamen atau pengemis tidaklah semiskin yang kita kira. Pernah dengar rahasia semacam itu kan?
Adikku bahkan terobsesi ingin menyewa detektif bayaran yang bisa menguntit setiap pengemis atau pengamen yang setiap hari meminta ke tokoku itu, sampau ke rumahnya masing-masing. Adikku ingin detektif itu bisa mengambil foto rumah secara lengkap para pengamen dan pengemis, termasuk isi rumahnya, dan daftar kekayaannya. Siapa tau rumahnya bagus, punya TV dengan seperangkat DVD player dan sebagainya, kulkas maupun sepeda motor. Tapi dimana ya bisa menyewa detektif seperti itu? Ehehehee…
Seorang petugas parker yang sering mangkal di depan tokoku pernah bercerita. Bahwa dia mengenal dua orang pengemis, karena tinggal di desa yang sama. Menurut ceritanya, dua orang pengemis itu sebenarnya kaya. Rumahnya berdinding bata (bukan bambu), anaknya semuanya sekolah sampai SMA dan seluruh keluarganya berdandan bagus. Bahkan setiap hari, salah satu pengemis itu diantar oleh cucu lelakinya dari desanya menuju jalan merdeka jombang dengan menggunakan sepeda motor. Nah lho…..
Aku pernah iseng, berniat memotret mereka satu persatu dengan kameraku. tapi gagal total. Karena tampaknya mereka malu. Ketika mereka datang ke toko dan menjulurkan tangannya, aku datang membidiknya dengan kameraku sambil membawa uang receh, eh mereka malah pergi sambil menundukkan kepala agar tidak kena foto. Malukah?
Keempat karena… aku pikir memberi mereka uang setiap hari sama sekali tidak mendidik. Sebagian besar mereka adalah orang-orang usia produktif, yang sebenarnya masih kuat bekerja. Ada pengemis yang masih berusia sekitar 30, pria, berbadan sehat dan tegap. Sungguh tidak pantas dengan profesinya sebagai peminta-minta. Makanya, sometimes kalo aku membeli sesuatu, martabak manis misalnya. Jika ada beberapa penjual martabak manis yang berjejer, aku bakalan memilih yang penjualnya adalah anak muda. Karena aku sangat menghargai kemauan mereka untuk bekerja, untuk berusaha mendapatkan uang dengan cara yang baik. Bukan dengan mengamen atau mengemis. Berbeda dengan Ibuku yang akan memilih beli di penjual yang tua, karena menurut Ibu, penjual yang tua pasti memiliki keluarga (anak-istri) yang bergantung kepadanya. Well, pendapat dan cara pandang orang terhadap setiap masalah memang bisa berbeda. Boleh saja kan?
Lagipula, ada banyak cara menyalurkan zakat dan sedekahku. dan ada lebih banyak orang yang lebih pantas menerima sedekah. Tidak harus dengan memberi uang receh kepada para pengemis dan pengamen kan??
Jadi kini… aku tidak mau lagi repot-repot menyiapkan segenggam uang receh setiap hari. Cukup ada sedikit saja… secukupnya. Untuk pengemis yang benar-benar tua dan tidak mampu bekerja.
Hhm… tidak apa-apa kan?
Wednesday, February 4, 2009
Tuesday, February 3, 2009
KupuKupu

kata GrandMa, kalo ada kupukupu masuk ke rumah, itu tandanya akan datang tamu, membawa berkah. aku gak percaya dengan mitos-mitos kuno semacam itu.
kalo dipikir-pikir lagi... yaaa benar juga. akan ada tamu.
bukankah pembeli yang masuk ke toko juga merupakan tamu yang membawa berkah?
memberi kita keuntungan.
tapi tamunya datang setiap hari.
tak peduli apakah kupukupu sudah tiba sebelumnya memberi petanda atau tidak.
aku cuma bisa bilang:
alhamdulillah, setiap hari aku kedatangan tamu yang membawa berkah.
Subscribe to:
Posts (Atom)