Setiap hari, aku harus menyiapkan segenggam penuh uang receh, pecahan 100 atau 200. uang ini diperuntukkan bagi pengemis dan pengamen yang setiap hari meminta uang, tidak hanya ke tokoku, tetapi setiap toko di sepanjang jalan merdeka, dan mungkin juga di jalan-jalan lain. Awalnya aku tidak keberatan dengan rutinitas itu. Masa sih, dimintai uang 100 rupiah saja keberatan? Bukankah keuntungan setiap hari yang aku peroleh jauh lebih besar dari sekedar segenggam uang receh 100-an….
Tapi… lama kelamaan aku bosan dan muak!
Pertama karena pengemis dan pengamen itu meminta setiap hari. Aku telah memperhatikan, bahwa setiap hari itu para pengemis dan pengamen yang meminta uang adalah orang-orang yang sama. Dan kalau diperhatikan lebih seksama lagi, mereka memiliki jadwal tersendiri. Ada yang beroperasi pagi jam 9 pagi…. Dan seterusnya orang itu akan datang jam 9 pagi. Ada pula yang siang… sore… bahkan ada yang sehari datang mengemis 2 kali! Pagi dan malam. Setiap hari, bertemu pengemis dan pengamen yang sama.
Kedua karena kadang mereka sangat mengganggu. Seringkali ketika tokoku sedang rame, dan aku sedang pusing menghadapi pembeli yang crowded, ada pengamen yang malah bernyanyi keras-keras. Ampun deh, ya kalo suaranya enak di telinga, lha yang ini benar-benar gak karuan. Dan jika aku dari jauh menolak, dengan isyarat, ada yang langsung pergi dengan mengomel, ada pula yang malah dengaja meneruskan bernyanyi dengan suara paraunya sampai aku atau pegawaiku datang memberinya uang.
Ketiga karena…. Sudah menjadi rahasia umum jika pengamen atau pengemis tidaklah semiskin yang kita kira. Pernah dengar rahasia semacam itu kan?
Adikku bahkan terobsesi ingin menyewa detektif bayaran yang bisa menguntit setiap pengemis atau pengamen yang setiap hari meminta ke tokoku itu, sampau ke rumahnya masing-masing. Adikku ingin detektif itu bisa mengambil foto rumah secara lengkap para pengamen dan pengemis, termasuk isi rumahnya, dan daftar kekayaannya. Siapa tau rumahnya bagus, punya TV dengan seperangkat DVD player dan sebagainya, kulkas maupun sepeda motor. Tapi dimana ya bisa menyewa detektif seperti itu? Ehehehee…
Seorang petugas parker yang sering mangkal di depan tokoku pernah bercerita. Bahwa dia mengenal dua orang pengemis, karena tinggal di desa yang sama. Menurut ceritanya, dua orang pengemis itu sebenarnya kaya. Rumahnya berdinding bata (bukan bambu), anaknya semuanya sekolah sampai SMA dan seluruh keluarganya berdandan bagus. Bahkan setiap hari, salah satu pengemis itu diantar oleh cucu lelakinya dari desanya menuju jalan merdeka jombang dengan menggunakan sepeda motor. Nah lho…..
Aku pernah iseng, berniat memotret mereka satu persatu dengan kameraku. tapi gagal total. Karena tampaknya mereka malu. Ketika mereka datang ke toko dan menjulurkan tangannya, aku datang membidiknya dengan kameraku sambil membawa uang receh, eh mereka malah pergi sambil menundukkan kepala agar tidak kena foto. Malukah?
Keempat karena… aku pikir memberi mereka uang setiap hari sama sekali tidak mendidik. Sebagian besar mereka adalah orang-orang usia produktif, yang sebenarnya masih kuat bekerja. Ada pengemis yang masih berusia sekitar 30, pria, berbadan sehat dan tegap. Sungguh tidak pantas dengan profesinya sebagai peminta-minta. Makanya, sometimes kalo aku membeli sesuatu, martabak manis misalnya. Jika ada beberapa penjual martabak manis yang berjejer, aku bakalan memilih yang penjualnya adalah anak muda. Karena aku sangat menghargai kemauan mereka untuk bekerja, untuk berusaha mendapatkan uang dengan cara yang baik. Bukan dengan mengamen atau mengemis. Berbeda dengan Ibuku yang akan memilih beli di penjual yang tua, karena menurut Ibu, penjual yang tua pasti memiliki keluarga (anak-istri) yang bergantung kepadanya. Well, pendapat dan cara pandang orang terhadap setiap masalah memang bisa berbeda. Boleh saja kan?
Lagipula, ada banyak cara menyalurkan zakat dan sedekahku. dan ada lebih banyak orang yang lebih pantas menerima sedekah. Tidak harus dengan memberi uang receh kepada para pengemis dan pengamen kan??
Jadi kini… aku tidak mau lagi repot-repot menyiapkan segenggam uang receh setiap hari. Cukup ada sedikit saja… secukupnya. Untuk pengemis yang benar-benar tua dan tidak mampu bekerja.
Hhm… tidak apa-apa kan?