Friday, October 15, 2010

Menghadapi Diare dengan Kebodohan???

Kontes Menulis: Ketika Anakku Sakit


Seorang teman pernah bercerita. Ketika masih melajang, dia paling sebal jika mendapati teman sekantor atau bawahannya ijin tidak masuk kerja lantaran anaknya sedang sakit. "Anak sakit aja sampai mengorbankan kerjaan kantor yang sedemikian penting!" begitu keluhannya. Pendapat itu langsung berubah tatkala dia menikah dan punya bayi. Ketika sang bayi mendadak sakit, meskipun cuma demam biasa... temanku tadi bahkan mengambil cuti beberapa hari demi menemani sang buah hati. Hahahahaa.....

Anak memang mampu merubah segalanya.bahkan jika sang anak bukanlah anak kandung kita...

Seperti aku dan Dija.


Aku sama sekali tidak berpengalaman menjadi Ibu. Mana kutahu soal imunisasi, mana kutahu soal pentingnya ASI atau susu formula yang baik, mana kutahu soal popok dan bedak bayi... mana kutahu soal kesehatan dan penyakit yang kerap mengancam kesehatan bayi....

Sampai akhirnya Dija terserang DIARE.

Dija lahir 23 Maret 2010 dengan berat badan 1800gram. Akhir Mei 2010 beratnya sudah mencapai 5000gram. Sungguh prestasi yang membanggakan mengingat berat ketika lahir jauh di bawah rata rata. Akhir Juli beratnya sudah 6300gram. Siapa yang tidak gembira melihat berat badannya yang terus naik...

Baru kemudian tanggal 1 Agustus 2010, Dija mulai diare. BAB nya berair sekali... warnanya lain dari biasanya.

2 Agustus 2010. Ada ruam di pantat Dija, padahal aku merasa tidak pernah malas mengganti popoknya, tidak pernah meninggalkan popok lembab berlama lama. Diarenya bertambah parah, BAB bisa 5-6 kali... Kami mulai panik, meskipun Dija kelihatan baik baik saja, tetap ceria dan aktif. Tidak rewel atau semacamnya.

3 Agustus 2010, berat Dija 6400gram, kami bawa Dija ke dokter, karena khawatir diarenya terus berlanjut semakin parah. Sialnya, dokter spesialis anak yang menangani Dija sejak lahir sedang pergi ke Amerika untuk konfrensi. Dan posisinya digantikan oleh seorang dokter anak lain... yang tak kukenal. Tapi aku pikir, well... penggantinya pasti bagus juga, gak mungkin kan si dokter itu mencari pengganti yang gak bagus...

Dokter pengganti memeriksa pantat Dija dan menemukan ruam disana. Dia langsung memarahiku... "Ibu jangan males ganti popoknya yaa... beginilah jadinya. kasihan bayinya nih, ruam begini ini sakit!"  duuuuh, menyebalkan sekali dokter itu... aku mau membela diri, tapi takut nanti amarahku yang keluar. akhirnya aku diam saja.

Oleh dokter pengganti, Dija diberi salep untuk mengobati ruam di pantatnya, obat untuk mengentalkan BABnya dan antibiotik. Susunya Dija juga diganti dengan susu formula khusus bayi diare.

(di sinilah awal kebodohanku dimulai.. aku menuruti semua anjuran dokter itu.)

Setelah beberapa hari, Dija memang tidak diare. BABnya normal.
tapi ternyata itu tidak bertahan lama. Dija kembali Diare. dan ruam itu muncul kembali di pantat Dija dengan indahnya...

12 Agustus 2010, kami ke dokter lagi. Alhamdulillah dokternya Dija sudah balik ke indonesia. Berat Dija 6350gram. turun sedikit... padahal kami sempat ketar ketir. takut beratnya turun banyak, mengingat Dija diare hebat, susah minum susu.

Dokter kemudian memerika Dija, dan dia menemukan pantat Dija yang dihiasi ruam. aku sudah pasang kuda-kuda. Kalau dokter ini juga memarahiku, aku akan memarahinya balik!!  tapi jawabannya sungguh menenangkan sekaligus menyedihkan. "Ruam di pantatnya ini artinya ada indikasi BAB nya mengandung laktosa. karena laktosa itu sifatnya "memakan" daging di pantat seperti ini.. jadilah ruam"
aku cuma melongo mendengarkannya... Ha? Apa? laktosa memakan daging?
meskipun aku gak ngerti, tapi setidaknya dokter ini tidak menyalahkanku seperti dokter pengganti itu.

buntutnya... karena laktosanya ikut terbuang saat diare... Dokter memperkirakan Dija alergi cowmilk. dan sejak itu, Dija mengkonsumsi susu kedelai yang tidak mengandung laktosa. 

Dokter ini juga berusaha menghibur kami yang panik. "Selama si bayi masih mau minum susu, masih aktif bergerak, orang tua tidak usah khawatir"
yah... dalam hati aku ingin menjawab "Enak kalo ngomong aja, ini kan pertama kali buatku. anak sakit, siapa yang gak panik dan takut?"

Setelah itu Dija agak sembuh diarenya. Dija juga mengalami kesulitan beradaptasi minum susu kedelai yang aneh rasanya itu...

tapi kemudian Dija diare lagi. duuuuuh.... aku panik lagi....  meskipun Dija masih tetap ceria dan sama sekali tidak lemas.

18 Agustus 2010. Aku bawa Dija ke dokter lagi karena diare lagi tanpa ada ruam.
Berat Dija 6510gram. Alhamdulillaaaaaaaaaah......
Dokter kembali memberikan oralit, dan obat. serta ultimatum: jika diarenya tidak berhenti dalam seminggu ini, harus periksa ke lab untuk mengetahui ada virus atau tidak. Jika ada virus, maka penanganannya akan berbeda.

Alhamdulillah tidak butuh waktu lebih dari seminggu... Dija sudah sembuh, BABnya normal kembali.
Sebulan kemudian kami coba memberikan cowmilk pada Dija, dan alhamdulillah lagi, kondisinya baik baik saja.

Rupanya, begini rasanya saat anak kita sakit. sedihnya luar biasa, kalutnya bukan main, dan panik setiap saat. semua rasa yang siapapun pasti berharap tidak akan pernah mengalaminya lagi...



Pengalaman menghadapi diare untuk pertama kalinya itu aku anggap sebagai sebuah kebodohan yang luar biasa besar. Kenapa? Mari cari tahu langkah  PINTAR menghadapi diare.

1. Diare pada anak sebenarnya hal yang wajar, tidak perlu panik karena merupakan salah satu cara tubuh untuk mengeluarkan racun. Jika proses ini disumbat, maka racun/kotorannya akan balik lagi, dan mengendap lebih lama di usus.
dan apapun penyebab diare, umumnya tidak perlu obat kecuali oralit.
Nah, betapa aku menyesali kebodohanku... membiarkan Dija mengkonsumsi obat dan antibiotik yang seharusnya SAMA SEKALI  tidak perlu.

2. Saat anak diare, selama dia masih aktif, mau minum susu/makan, dan tidak ada tanda tanda dehidrasi, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Memang anak yang sedang sakit, nafsu makannya berkurang, tapi orang tua harus tetap berusaha memasukkan cairan/makanan meskipun tidak usah memaksa. 

3. Susu juga tidak perlu diencerkan, karena susu yang diencerkan membuat anak kehilangan kalori. padahal pada saat diare, anak sangat butuh kalori untuk penyembuhannya. Susu juga tidak usah diganti dengan yang rendah laktosa. hal ini mengingat kalau anak diare, maka cairan yang paling bagus sebenarnya adalah ASI. dan ASI merupakan cairan yang sangat tinggi kandungan laktosanya.Nah lho... ngapain aku ganti susunya Dija pake susu kedelai?  

padahal kalaupun anak alergi susu sapi, solusinya bukan susu kedelai karena umumnya anak yang alergi susu sapi biasanya juga alergi pada protein kacang kedelai. Susu kedelai hanya untuk anak dengan kelainan bawaan lahir dimana tubuhnya tidak bisa mengolah laktosa karena kekurangan enzim latase. Tuh kan.... duh, betapa bodohnya aku!!

4. Sekali lagi, JAGA KEBERSIHAN segala hal, termasuk cuci tangan dengan benar. karena hal ini bisa membatasi penyebaran penyakit.

Itulah pengalamanku menghadapi diare dengan kebodohan. semoga kebodohanku tdak berulang, dan tidak terjadi pada ibu-ibu yang lain. Yuk kita sama sama belajar sebanyak mungkin dari internet, ngeblog yang bermanfaat... mencari tahu soal kesehatan demi anak-anak kita.




Tulisan ini dibuat untuk ikut memperingati Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPSS) di Indonesia yang jatuh pada 15 Oktober 2010 dan mengikuti KONTES MENULIS: KETIKA ANAKKU SAKIT  yang diadakan oleh PERCIK KELUARGA .

41 comments:

  1. ilmu baru nih, maklum blm jadi ibu juga..hehhe, tp suka ikutan panik klo ponakanku sakit...
    dija, jangan sakit lg ya sayang...luv u

    ReplyDelete
  2. Bukan kebodohan mbak, namanya juga panik dan belum pengalaman. itung2 buat pengalaman punya anak kelak...
    salam sayang buat Dija ^^

    ReplyDelete
  3. itulah warna kehidupan dalam mengurus anak... :)

    ReplyDelete
  4. itulah yg terjadi pd diriku, kalo nay sakit semua kerjaan kantor aku pending, sampe bos yg mau dtg ke kantor juga aku pending, untungnya punya pak bos baik hati, hehehehe

    Semoga Dija sehat selalu ya sayang :)

    ReplyDelete
  5. wah2 bukan bodoh kok...belum ngerti ajah.....kok....

    ReplyDelete
  6. waa..dapet ilmu baru dr pengalaman nya mbak elsa. semua jg ada awalnya mbak, yg tadinya ga tau jadi tau..semoga dija sehat selalu ya mbak :)

    btw, tahu campur pak jan itu ada dimojokerto,dikampung ku :D

    ReplyDelete
  7. iya mbak, makanya saya kaget.. kok langsung di kasi obat?
    saya aja diare ga pernah minum obat, apalagi anti biotik. apalagi Dija.. kaciaaannn....
    Salam buat Dija, moga udah sehat sekarang! :)

    ReplyDelete
  8. Biasanya klo anakku diare,aku ga terlalu panik krn biasanya dikasih teh pahit udah sembuh, tp klo udang panas tinggi n radang tenggorokan aduh... saya bs deg-degan trs, soalnya anak saya suka kejang...

    ReplyDelete
  9. Memang kalo anak sakit itu bikin bingung.. apalagi diare,duh..*_*

    setahuku antibiotik waktu diare hanya diberikan kalo memang ada indikasi virus atau bakteri yg berkembang di usus, selebihnya ga perlu..
    tentang oralit:anakku ga doyan oralit, jadi aku ganti pakai sirup atau apa saja yg penting cairan dan dia mau meminumnya

    semoga Dija tetap sehat ya
    oh ya, lupa mau beritahu kalo paketnya sudah sampai hari rabu, cantik banget tote bagnya mbak
    makasih banyak ya...

    ReplyDelete
  10. semua ibu yang yang pertama kali memiliki anak atau yg posisinya seperti Elsa pasti panik menghadapi seperti itu..dulu aku juga gitu, karena anakku baru satu..waktu farrell masih bayi...sakit dikit aja...paniknya bukan maen..sampe papahnya Farrell aku marahin hehehehe...tapi sekarang kalo lagi mudik ke indo, dan kebeneran suka banget ngajak main keponakan..kalo dia sakit dikit aja, udah bisa ngatasin semuanya..hehehehe

    ReplyDelete
  11. Pengalaman selalu mengajarkan sesuatu menuju kebaikan. Selalu sehat ya dedek Dija. Peluk cium dari Kak Dita :-)

    ReplyDelete
  12. wah,,,dapet ilmu baru niy....
    makasih ya mbak Elsa,,,jadi pengen cepet punya anak....

    ReplyDelete
  13. wah,,,dapet ilmu baru niy....
    makasih ya mbak Elsa,,,jadi pengen cepet punya anak....

    ReplyDelete
  14. Pasien slalu menganggap dokter paling pintar dan tau segalanya sering membuat kita jadi mengikuti semua kata dokter, terakhirnya kadang menyesal, seperti saya,hehe...

    Semoga Dija selalu diberikan kesehatan dan kepandaian, amin ;)

    ReplyDelete
  15. terkadang bayi dengan diare datang ke rs setelah dehidrasi berat karena tidak mengertinya sang ibu akan ancaman diare :) semoga dek dija sehat selalu dan menang lombanya^^

    ReplyDelete
  16. wah pasti saat itu panik sekali ya mbak tapi untunglah semua jadi pengalaman dan bisa belajar banyak dari sana. semoga Dija sehat selalu ya mbak ^^

    ReplyDelete
  17. Internet bikin kita pintar ya, termasuk anak/keponakan yg kita jaga, membuat kita harus belajar bnyk hal untuk kebahagian mereka

    ReplyDelete
  18. hehe'
    smoga gx terulang lagi ya tante
    kasian dija :))

    moga menang ya tante^^

    ReplyDelete
  19. duh...duh..kesian sekali Dija :(
    Gak papa mba Elsa,...namanya juga anak sakit, pastilah jadi panik...

    Waktu Kayla sakit dulu, sempet diare juga, dan langsung diperiksa feses nya...ternyata gak semua penyakit diare itu harus segera diobatin oleh obat anti mencret lho....karena ya itu tadi, ternyata di feses nya ada bakteri dan si antibodi nya Kayla memerintahkan tubuhnya buat ngeluarin bakteri itu...
    Lain kali banyak2in minum aja mba, supaya gak dehidrasi:)
    Sehat terus ya Dija :)

    ReplyDelete
  20. alhamdulillah Dijaku dah sembuh ya :) semua memang ada hikmahnya :)

    ReplyDelete
  21. ikut lega bacanya mbak, akhirnya sembuh juga baby dija :)
    ilmunya bagus bgt, aku simpen buat nanti kalo punya baby beneran (amin..) ^^

    ReplyDelete
  22. duuuh imutnya ....
    jadi gemes sama dedeknya mba '.....

    ReplyDelete
  23. Mbak Elsa, Alhamdulillah DIja sudah kembali sembuh. Dan sebagai "ibu" nya Dija, mbak Elsa sudah terbukti sangat telaten memelihara Dija. Nanti kalau balik ke Indonesia, Insya Allah akan coba cari jalan ah buat jenguk Dija.... Amiiinnnn

    ReplyDelete
  24. pentingnya kesehatan dan kasih sayang orang tua... sampai anak dewasapun kalau udah sakit, namanya orang tua pasti panik (setingkat dengan sakitnya).. karna itulah yang aku alami sekarang walaupun sudah 28 tahun, orang tuaku stress dan panik bukan kepalang terhadap penyakit yang au idap... :)

    ReplyDelete
  25. pengalaman guru yang baek bukan???
    kamu lho sa sekarang dah canggih urus dija,salut n dua jempol u km. kalo pengalaman-ku dimas juga pernah diare lha kok aku kasih perasan daun jambu klutuk g langsung ke dokter,alhamdulillah begitu dikasih obat hr ke3 sesuai warning priksa lab eh dimas sehat,syukurlah.
    intinya benar kamu kebersihan!! dulu sempat dimas maen2 daun2 n tanah di-pot taneman mungkin tidak kami awasi jadinya masuk ke mulut,lha skrng kapanpun kalo selesai bermain pastinya kebersihan tangan n kaki jadi no satu,hmmm senangnya bisa berbagi pengalaman elsa memang hebat!!!!!

    ReplyDelete
  26. Syukurlah baby Dija udah sembuh.. Emang kebayang gimana paniknya mbak, soalnya jangankan anak yang sakit..diri sendiri sakit diare aja paniknya bukan main.

    #Ngebayangin dulu saya pernah kena diare, pas lagi di busway, nahan.. mana macet pulak...

    Semoga sukses kontesnya yak!

    ReplyDelete
  27. waaahhh,,,siiipp mbak buat postingnnya,,,,lumayan buat bekal pengetahuan nanti hehheheeheheheheh

    ReplyDelete
  28. Woooohhh....

    melongo bacanya...

    belom kepikiran punya anak. jangankan punya anak, pikiran untuk nikah aja belum. Tapi kalo kondisinya jadi mba Elsa kan harus siap sedia ya...

    Syukurlah Dija udah sehat lagi. Dan ngga perlu mengutuki beberapa 'kebodohan' yg dibuat mba, kan sekarang mba ELsa jadi lebih pinter ngadepin diare :)

    sabar, ikhlas, dan semangat terus ya mba.

    ReplyDelete
  29. Semoga bisa menang "Kontes Menulis : Ketika Anakku Sakit" Amin.

    ReplyDelete
  30. Syukurlah sekarang Dija sudah sembuh..BTW, artikel ini sangat bagus..makasih atas sharing nya..

    ReplyDelete
  31. Thanks ya Saa,,....postingannya sangat membantuku...

    saat nanti aku sdh mjd ibu....pengalaman ini pasti berguna sekali...

    thanks ya saa... :)

    ReplyDelete
  32. salam sobat
    bisa kekurangan cairan dalam tubuh kalau diare.
    trims sharingnya mba menghadapi diare.

    ReplyDelete
  33. Elsa,,gimana kabarnya ? Mudahan sehat yaa.. Dija juga mudahan sehat2 aja.. duh lama niiy nggak mampir.. tnyt ponakanku diare..
    Sa, kbtln dokter anakku dulu ahli alergi, jadi kalo baby mau minum susu botol.. sangat dianjurkan susu kedelai / soya yang kemungkinannya kecil u alergi..
    jadi mulai Razana dulu, aku kasih susu formulanya soya.. trus.. kalo diare, sbtlnya kata dokter.. obat apa pun blm pasti jamin menyembuhkan hihi.. jadi yg paling tepat diberikan oralit atau tablet zinc (untuk menguatkan zat2 tertentu dalam usus/lambungnya)
    itu ajaa.. InsyaALLOH sembuh.. tapi daku juga dulu tukang panik kok.. jadi sempet nggak gitu aja percaya :D
    trus.. boleh juga nii obat tradisional diare, sbg antibiotik alami.. Biang kunyit, diparut.. langsung diperas kasih garam dikiittt & diminumkan.. 3x sehari, insyaALLOH sembuh..
    Wah.. jadi panjang niiy komennya.. semoga Dija sehat2 yaa.. tantenya juga sehat2..
    Cu Elsaa.. Sungkem ya buat ibu :)
    Salam kangen.. mmmwwwuaaachhh 3x..

    ReplyDelete
  34. Halo Tante Elsa, mampir untuk memberitahukan nama pemenang Kontes Menulis: Ketika Anakku Sakit.

    Ditunggu email nama dan alamat lengkap ya..

    ReplyDelete
  35. Thaks ya.. ilmu yang bermanfaat sekali tapi sayang saya baru sja membeli susu khusus untuk diare padahal obatnya cuma oralit.. heheheheee

    ReplyDelete
  36. waduh...jd sama kakayk anakku nih! anakku skr usia 3 bln pupx msh aja lembek kayak mecret gitu...mulai umue 1,5 bln dia,udh ke DSA dikasih resep trus suruh ganti susu non laktosa atw soya..msh ttp aja lembek....sampe stres sendiri mikirnya deh! akhirnya aq minumin susu aja trus biar dia gak dehidrasi....meskipun msh stres nih...

    ReplyDelete
  37. thanks untuk story of experience nya ... sangat menguatkan bahwa memang kita sbg orang tua ga boleh sembarang kasih obat ke anak.. kebetulan, anak saya usia 9 bulan saat ini sudah 3 hr diare.. BAB encer bisa 4-5 kali sehari..kmrin sy bawa ke dokter.. diberi obat mencret, dan antibiotik..dokter pun menyarankan saya ganti susu nya dg yg free lactosa.. smpai detik ini, antibiotik itu tidak saya berikan , hanya obat mencret sy coba ksh sudah 2x minum pun tidak merubahnya.. stelah sy membaca blog ini, sy bersyukur tidak pernah memberikan antiobiotik itu pada anak saya ( yang setelah sy cek antibiotik itu sbnrnya utk pengobatan infeksi saluran kemih). dan sy jg tidak jadi membeli susu lain.. bahkan saat ini saya hanya memberikan oralit (air garam - gula yang sy buat sendri sesuai petunjuk ) . Untungnya anak saya tetap mau makan dan minum susu, jg aktif.. thanks again :)

    ReplyDelete

jangan lupa baca Basmalah sebelum komen...
"Bismillahirrahmanirrahiiiiiiim......"

and please, ANONYMOUS is not allowed.