Tepat sepuluh tahun yang lalu, ketika kami berempat pergi ke Tanah Suci. Abah, Ibu, Kakak dan Aku.
Jika ada yang bertanya bagaimana perjalanan haji kami, tentu saja sangat sangat sangat menyenangkan.
Aku pergi haji bersama Orangtua dan Kakakku, apa ada yang lebih nikmat dari itu??
|
Ibu, Kak Noni, Abah, Elsa sudah ber-ikhrom begitu tiba di Jeddah |
Kali ini aku tidak akan menceritakan seluruh perjalanan haji kami, aku hanya akan bercerita hal-hal kecil tapi sangat menyenangkan...yang aku lakukan dengan Kakakku di Tanah Suci. Dengarkan baik baik ya....
Banyak Membeli Makan.
Kami beruntung, ini bukan kali pertama ke Arab Saudi, jadi kami sudah sedikit banyak tahu soal cuaca dan kondisi disana. Cuaca ektrim yang ketika siang teramat sangat, dan ketika malam teramat dingin seringkali membuat banyak jamaah haji kita menderita sakit, minimal batuk. Tapi alhamdulillah, itu tidak terjadi pada kami. Mau tahu rahasianya??
Aku dan Kakak banyak banyak jajan!!!
Hampir setiap pulang dari masjid, di Madinah maupun di Makkah, aku dan kakak selalu saja siap sedia menengok kanan dan kiri. Di sepanjang perjalanan ke hotel yang sangat dekat dari masjid, banyak dijumpai penjual makanan. Kami tak bosan bosannya membeli kebab. 1 kebab 3 real, dimakan berdua sambil jalan. Ibu hanya geleng kepala.
Setiba di hotel, kami masih juga menyantap makanan yang disediakan di restoran hotel. 3 kali sehari, menu indonesia. Setelah makan porsi besar, ketika akan kembali ke kamar hotel, aku dan kakak selalu saja "merampok" persediaan buah-buahan. Masing-masing kami biasanya membawa lebih dari satu batang pisang, lebih dari dua buah jeruk, apel, dan beberapa buah lainnya.
Ibu kembali geleng-geleng kepala.
Itulah kenapa, selama haji kami sangat berenergi. Hahahaa... terlalu berenergi malah. Ketika haji telah usai, dan kembali ke tanah air.... seluruh penghuni rumah terkaget kaget dengan perubahan kami. Ternyata... masing-masing kami naik 5 kilo lebih!!!!!
Banyak Memberi Makan.
Cerita yang ini bermula di Arafah. Kami berada di sebuah tenda full AC ketika wukuf. Ada begitu banyak tenda. dan tenda di sebelah kami, adalah tenda makanan. Aku dan Kakak langsung berbinar-binar. Kami banyak makan hari itu, hingga perut kami penuh. Harap maklum ya...
(ini hanya alibi, hehehehee) kami harus menyimpan cadangan makanan, karena setelah wukuf kami harus melontar jumrah, dan itu akan sangat berat.
Kami masuk di grup terakhir, itu artinya... kami yang terakhir meninggalkan Arafah. Sialnya, Bus yang akan menjemput kami, bermasalah. Jadi kami pun telat beberapa jam. Tapi kesialan itu ternyata bebuah manis.
Ketika kami (dan beberapa teman se grup) menunggu bus di depan maktab, kami menyaksikan sendiri bagaimana pekerja --yang kebanyakan berasal dari Bangladesh-- merobohkan tenda-tenda. Termasuk tenda makanan. Padahal kami tahu, masih tersedia begitu banyak makanan disana. Ternyata...makanan itu dibuang begitu saja oleh pekerja-pekerja. Kami benar-benar keheranan... tapi tak bisa berbuat apa apa.
Bus datang, dan kami meneruskan perjalanan ke Muzdalifah untuk bermalam sebentar dan mencari batu-batu kecil. Muzdalifah merupakan padang yang sangat luas...sungguh berbeda dengan Arafah yang dipenuhi tenda, Muzdalifah bersih dari tenda. Kami bertemu dengan begitu banyak jamaah haji yang lain, dari seluruh penjuru bumi. Dan kami sekali lagi menyaksikan... ternyata banyak sekali jamaah haji backpacker. Maksudnya jamaah haji yang pergi secara independent dengan dana terbatas.
"Kamu punya makanan?" tanya Kakakku.
"Ada. Aku tadi sudah 'merampok' buah-buahan"
"Kasihan orang itu... kita kasihkan yuk?"
"Yuk!" jawabku bersemangat.
Ibu dan Abah masih mencari kerikil. Kami malah sibuk membagi-bagikan buah-buahan hasil rampokanku tadi.
Tak lama kemudian, kami tiba di Mina menjelang pagi. Kami segera melontar jumrah dan pulang ke maktab. Jarak antara Jamarat dan maktab tempat kami tinggal sangat sangat dekat. Kami pun berjalan kaki. Di sepanjang perjalanan... kami berjumpa dengan pemandangan yang lebih mengenaskan lagi. Jamaah haji backpacker jauh lebih banyak dari yang kami duga sebelumnya. Karena tidak punya maktab, mereka tinggal di trotoar. Menggelar alas sederhana untuk bermalam disitu. Tak sedikit dari mereka yang membawa serta anak anak, bahkan yang masih bayi sekalipun!!
kami juga berjumpa dengan para pengemis yang menyedihkan. 99% dari mereka berasal dari Afrika. Berkulit hitam, berpakaian warna-warni. Ada Ibu menggendong anak busung laparnya, ada nenek tua yang tak punya kaki, ada pemuda buntung, ada yang buta, ada yang punya luka besar menganga... ada yang....ah, benar-benar menyedihkan.
Tapi aku sudah tak punya lagi bahan makanan di tasku. Kami sudah menguras habis isi nya di Muzdalifah tadi. Dan ketika itu kami terburu buru masuk maktab.
Begitu masuk maktab, kondisinya tak jauh beda dengan maktab yang di Arafah. Tenda full AC, beralaskan karpet. Alas tidur dan selimut yang empuk sudah tersedia. Semuanya serba menyenangkan.... Alhamdulillaaaah.
Setelah mandi, kami sarapan. Lagi-lagi...makanan begitu melimpah ruah. Makanan menu Indonesia, lengkap dengan kerupuk udang. Ada tumpukan roti, ada buah-buahan yang menggunung, lalu ada freezer besar berisi es krim lezat. Semuanya boleh dimakan sepuas puasnya. Selesai makan, aku masih sempat merampok buah-buahan dan beberapa bunkus roti. begitu juga dengan Kakak. Tapi ingat kejadian di Arafah kemaren, Aku dan kakak memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut soal makanan di tenda makan. Kakakku mendekati pria Bangladesh yang bekerja sebagai catering-boy. dengan bahasa inggris yang sangat terbatas, si Bangladesh itu menjelaskan jika stok makanan disini sangat berlimpah, dan cenderung mubazir. Kakakku lantas meminta ijin untuk "merampok" sebagian makanan untuk diberikan kepada mereka di luar sana yang lebih membutuhkan. Tentu saja si Bangladesh ini awalnya melarang, tapi akhirnya dia malah membantu aksi kami. Dia memberikan semua makanan yang hampir dibuangnya, padahal makanan itu masih bagus!
Dengan mengendap-endap, membawa tas besar...kami keluar maktab. Awalnya kami ketakutan dengan 2 orang polisi penjaga Maktab yang tinggi besar dan Hitam! Tapi kami berhasil melaluinya....
Jalanan di Mina sungguh sangat crowded. Siang itu, karena takut tersesat, Aku dan kakak memilih untuk membagikan makanan tak jauh dari maktab kami. Sekembalinya di maktab, Ibu sudah akan marah...karena Ibu mengira kami hilang, hehehehe..... Tapi kami menjelaskan aksi robinhood kami. Dan malamnya... Ibu dan Abah malah ikut dalam operasi robinhood kami selanjutnya. Hehehehee....
Karena bersama Abah dan Ibu, kami pun berani berjalan agak jauh untuk mencari sasaran berikutnya. Dan hampir tengah malam, kami terbelalak... menemui satu kloter jamaah haji Indonesia yang memilih untuk menginap di trotoar malam itu. Ternyata bagi ketua rombongan mereka, itu adalah pilihan terbaik. Maktab mereka sangat jauh dari Jamarat. Jadi mereka memilih untuk melontar jumrah di hari pertama pada malam hari, dan menginap di Mina, lalu esok subuh mereka akan melontar untuk kali kedua. Baru setelah itu pulang. Well...Tetap saja... kami tak tega melihat banyak dari mereka merupakan nenek dan kakek yang sudah lemah kondisinya.... meringkuk kedinginan, dan mungkin menahan lapar.
Kami segera menguras isi tas kami... dan mereka begitu bergembira......
Kami ... tak terkatakan lagi. Jelas kami lebih gembira .....
Pulang ke Maktab tengah malam, dengan penuh rasa syukur yang tak terhingga.
Note:
- Postingan ini special untuk mengenang Almarhumah Kak Noni. Haji pertama dan haji terakhirku bersama Kakak, sungguh sebuah MOMENT TO REMEMBER.
- Di ikutsertakan pada
GIVEAWAY 10th Years Wedding Anniversary : Moment to Remember
-
Sama sekali tidak ada niatan riya dalam postingan ini, hanya mengenang "kenakalan" ku dan Kakak selama di Tanah Suci. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kami...amiiiiiiiiiin amiiiiiiiiiiiiiiiin