Aku sedang di Jakarta waktu itu, ketika siang siang Dija telpon dari pondok. Saatnya pencet tombol 'pause' untuk menghentikan sementara kerjaanku saat itu, demi mendengarkan Dija curhat segala hal yang mengganjal hatinya. Ia masih merasa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan barunya, meskipun aku tahu ia sudah berusaha sangat keras, tetap saja rasanya sungguh sulit. Aku lalu memilih menjauh dari keramaian, agar lebih fokus dan jelas mendengarkan segala keluh kesahnya di telpon. Dija mengeluh soal teman-teman sekamarnya, mengeluh soal betapa sulitnya mengatur waktu, juga mengeluh gak bisa matematika 😅
Setelah lebih dari satu jam ngobrol ngalor ngidul di telpon, Dija berniat mengakhiri telponnya. tapi rupanya masih ada satu lagi pertanyaan yang harus dikeluarkan dari kepalanya.
"Buuk..."
"Ya?"
Ia lama terdiam. "Ibuk pingin aku jadi apa? ,,, kalo aku besar nanti?"
"hhmm...." sekarang gantian aku yang lama terdiam
"Ibuk pingin aku jadi apa?" Dija menegaskan kembali pertanyaannya.
Aku masih diam. Bingung. Tak kusangka...pertanyaan sesimple ini , membuatku kehabisan kata.
"Buuuk?" Dija memastikan aku masih tersambung.
"Hhmm.... jadi baik"
"Baik? gitu aja?" tanyanya heran. Mungkin dalam pikirannya, aku akan menjawab pingin dija jadi CEO, presiden, menteri atau dokter, pilot, astronot atau profesi bergengsi lainnya. mungkin jawabanku tidak membuatnya cukup puas. Tapi sejujurnya , aku benar benar gak tau harus menjawab apa selain jadi orang yang baik.
"Iya, ibuk pingin Dija jadi orang yang baik..... itu aja"
Dija diam. Aku pun diam, aku takut jawabanku salah. Kami lama terdiam. sungguh lama.
akhirnya...
"Ya udah. Buk, Doain aku jadi baik ya ....Terima kasih ya buuk, Assalamualkum" dan Dija menutup telponnya.
sudah besar |