Monday, July 22, 2013

Bolu Kukus Mekar



Pernah dengar kutukan bolu kukus???

Kutukan bolu kukus terjadi ketika kita berkali kali mencoba bikin bolu kukus mekar tapi selalu gagal. Ciri ciri kutukan itu salah satunya adalah bolu kukus yang seharusnya bisa mekar, bisa tertawa lebar, ternyata hasilnya "mingkem", alias tidak mekar merekah sama sekali.

Jaman masih kelas 5-6 SD dulu, aku sering membuat bolu kukus sendiri, dan alhamdulillah pada waktu itu selalu berhasil. Bahannya mengandung air kelapa dan air soda. Dan seminggu yang lalu, ketika jalan-jalan santai ke blog-blog para blogger yang jago bikin kue, aku tertarik dengan postingan dan percakapan tentang kutukan bolu kukus itu. Aku ketawa ketiwi sendiri, mana ada sih kutukan bolu kukus? Ada ada aja, pikirku. Dengan jahatnya aku menertawakan mereka yang terkena kutukan berkali kali, sudah mencoba berbagai cara, bolu kukusnya tetap mingkem jaya!!!

Akhirnya aku mencoba membuktikan bahwa kutukan bolu kukus itu hanya mitos. Sudah puluhan tahun aku tidak pernah lagi membuat bolu kukus, dan mungkin sudah saatnya mencoba lagi. Aku memilih satu resep di salah satu blog memasak, dengan keterangan bolu kukus PASTI mekar. Sepertinya sebuah jaminan mutu kan??  Aku mengikuti semua step by stepnya, dengan sedikit sok tau. Semuanya mudah dan lancar, dan aku menunggu waktu mengukus 15 menit dengan senyum senyum penuh kelicikan. Masa gini aja gak bisa????

15 menit sudah berlalu, dengan penuh percaya diri, aku membuka tutupnya, daaaan..... bolu kukusku secara sukses dan meyakinkan... "MINGKEM" semua!!!!
sama sekali tidak mengembang, tidak mekar, tidak tertawaaaa....

Hiks... mau tak mau, aku harus mengakui, bahwa kutukan bolu kukus itu ada.

Hari itu juga, karena masih penasara, aku bikin satu resep lagi. Aku ulangi, kira kira mana yang salah, dengan membuang semua rasa sok tau ku. Dan hingga malam tiba... bolu kukusnya masih tidak juga tertawa lebar.

Sudah pasti sedih. Salah sendiri juga, kok berani-beraninya menantang kutukan bolu kukus. Tapi rasa penasaranku jauh lebih besar. Dan kemaren pagi aku hunting lagi resep bolu kukus di blog-blog para ahli bikin kue. Aku akhirnya menentukan pilihan, menjadi makmum Mbak Rina Rinso, seorang blogger yang ahli banget deh bikin aneka masakan dan kue-kue enak. Di blognya yang berjudul Dapurnya Rina, kita bisa menemukan banyaaak sekali resep-resep simple yang bikin kita tergoda untuk segera mencobanya. 

Berikut ini adalah bahan-bahannya :


Cara membuatnya gampang saja. Paling awal tentu saja panaskan kukusan, agar airnya mendidih begitu adonan sudah siap dikukus. Kemudian semua bahan kumpulkan menjadi satu, lalu dimikser sampai mengembang, berwarna putih dan kental. Bagi adonan menjadi dua, tiga, atau empat... sesuai keinginan, lalu warnai (Kebetulan stok pewarna di rumah cuman kuning hijau dan ungu. Jadinya mau bikin bolu kukus pelanginya batal, warnanya gak lengkap). Siapkan loyang bolu kukus, alasi dengan papercup, lalu isi dengan adonan hingga penuh. Pastikan air di kukusan sudah mendidih, lalu kukus selama 15 atau 20 menit (tergantung kukusan masing-masing yaa....).

(btw, adonan yang ungu aku campuri dengan meses coklat. Jadinya cuma yang ungu punya bintik-bintik)

Dan hasilnyaa....
Aku sempat deg-degan ketika menunggu detik-detik mencapai 20 menit itu. Begitu tutupnya dibuka, MasyaAllooh... bolunya tertawa, aku pun tertawa lebaaaaarrrr!!!!
Aku sudah berhasil mengalahkan kutukan bolu kukus..... Alhamdulillaaaahhhh...



Friday, July 19, 2013

Uang Jelek

Aku punya pengalaman kurang menyenangkan berkaitan dengan uang. Bukan tentang kehilangan sejumlah uang, kena tipu ratusan juta, atau hal semacam itu. Pengalamanku jauh lebih sepele, tapi sudah cukup untuk merubah pola pikir.

Ceritanya begini, aku suka membuat baju-baju kecil buat Dija. Dan tentu saja aku harus membeli perlengkapannya, misalnya renda, pita,  benang, alat-alat jahit dan lain sebagainya. Di Jombang tidak banyak toko yang khusus menjual barang-barang semacam itu. Dan salah satu toko yang menurutku memiliki koleksi barang paling lengkap adalah sebuah toko di kawasan perumahan yang dimiliki oleh sepasang suami istri usia senja. Meskipun mereka tampaknya sudah lama menekuni bisnis itu, tapi rupanya mereka tipikal orang yang jarang sekali tersenyum pada pembeli. Well, bagiku its OK - lah, aku tidak butuh senyumnya, aku hanya butuh barangnya.

Aku pun membeli sesuatu disana. Aku membayar dengan uang pecahan 50.000. Dan Sang Pemilik toko pun membuka laci uangnya... lamaaaaaaa dia memilah milah uang. Kebetulan, aku bisa melihat uang-uang di lacinya. Dia masih khusyuk memilah milah uang kembalian untukku. Sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima ribu... dua ribuan...seribuan.... semuanya dilihat satu persatu.

Aku pikir, nih orang ngapain sih ambil uang kembalian kok kayak cari kutu rambut??

Ternyata.... Sang Pemilik toko itu mencari mana uang yang paling jelek !!!!!!!
Dia memilih lembaran uang terjelek untuk diberikan padaku. Dan aku pun menerima uang-uang lusuh itu tanpa tersenyum.




Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri. Sebisa mungkin, jika memberikan uang kembalian, usahakanlah memberi uang dengan kondisi yang terbaik, atau yang baik. Jangan sampai memberikan uang kembalian dalam kondisi lusuh yang mengenaskan, kecuali jika memang benar-benar tidak ada uang lainnya.

Sebagai pedagang kecil-kecilan, aku pun pernah mengalami kehabisan stok uang pecahan kecil untuk kembalian. Dan jika uang yang tersisa tinggal sedikit, itu pun dalam keadaan tidak kinyis-kinyis lagi, jika terpaksa mengembalikan uang yang lusuh itu, aku berusaha selalu meminta maaf kepada pembeli. "Maaf ya uang kembaliannya jelek jelek...."

Lalu seberapa sering aku menerima pembayaran yang menggunakan uang jelek bin lusuh?? Oh, sering sekali !!! Apalagi ketika menjelang bulan ramadhan, dan menjelang lebaran. Ketika beberapa pelanggan baru saja memecahkan celengan tanah liatnya, atau ketika para pengurus masjid membelanjakan uang yang selama ini terkumpul di kotak amal. Uang-uang yang seperti itu, kondisinya tidak hanya lusuh, tapi juga berdebu dan bau lembab, sedikit berjamur. Biasanya pelanggan dengan uang semacam itu, agak malu-malu ketika hendak membayar. Mereka sering minta maaf dahulu, "Maaf ya Mbak, uangnya recehan, baru mecah celengan" ......

Aku pun dengan sengaja menunjukkan ekspresi yang antusias. "Oh gak papa Pak, saya malah senang dapet uang beginian, bisa buat kembalian.... semoga penuh berkah"

Mendengar jawabanku yang antusias, pelanggan pun pede membayar dengan uang yang sudah mengendap entah berapa ribu tahun di celengan atau kotak amal.

Tapi siang tadi, entah aku yang kehabisan stok sabar hari ini.... atau memang aku yang bodoh tidak menahan nafsu di saat puasa.....

Siang tadi, ada dua orang pembeli. Dua orang wanita berjilbab dan berseragam kantor pemerintah, tampak sangat berpendidikan. Mereka diutus berbelanja untuk kebutuhan kantor. Mereka memilih-milih dengan leluasa, dan sempat pula bercanda denganku. Ketika hendak membayar, salah satu wanita itu, yang sepertinya lebih muda dariku, membuka amplop coklat berisi segepok atau dua gepok uang pecahan 50.000. Total belanjaan mereka senilai Rp  790.000,00. Wanita Cantik itu pun mengeluarkan 15 lembar uang 50.000an. Temannya menghitung, dan mengingatkan bahwa masih kurang 1 lembar lagi untuk mencapai sejumlah 800 ribu.

Si Wanita cantik itu lalu membuka amplop coklatnya lagi, dan lama memilih lembaran uang. Temannya tampak mulai tak sabar, sementara aku diam saja. Si Wanita cantik lantas cekikikan sendiri sambil berkata  "Sabar dulu lah, aku milihin yang paling jelek, hihihihihihiiii"

Duuuuh..... kecewa sekali mendapati pelanggan yang seperti itu. Memilihkan uang yang paling jelek sambil cekikikan???

Aku yang tiba-tiba terserang penyakit tidak sabar dengan kadar mood yang menurun drastis, masih bisa tersenyum sedikiiiiiiiiiiiiiiiit sekali. Tugasku kini mengambil selembar uang 10.000an sebagai kembalian. Aku membuka laci, dan aku sengaja membongkarnya. Aku pilihkan lembaran yang yang masih licin, yang masih bersinar spektakuler, berkilauan membahana.... aku ambil satu dan kuserahkan ke Wanita Cantik itu seraya berkata  "Terima Kasih Mbak, ini aku pilihin yang paling bagus".

Si Wanita Cantik itu serta merta tertular penyakitku, kehilangan kesabaran dan kadar mood yang mungkin malah habis total. Dia menerima uang dariku tanpa senyuman dan langsung pergi.....

Pleaseeee... jangan salahkan aku, karena aku mungkin sudah kehilangan satu pelanggan yang baik, dia mungkin tidak akan berbelanja kesini lagi. Aku sadar itu, seharusnya penjual tidak boleh  "balas dendam" seperti itu pada pembelinya. Aku menyesal melakukannya, seharusnya tidak perlu seperti itu. Ya kan???

Aku salah.

Aku salah.



Thursday, July 18, 2013

Thanks to BlogCamp

Hari ini setahun yang lalu, YellowLife memposting Tribute to BlogCamp. Ternyata hari itu banyak sekali teman-teman blogger yang memposting artikel senada, tentang BlogCamp. Spontanitas teman-teman blogger hari itu tentu saja membuat PakDhe Cholik --Sang Empunya BlogCamp-- terbelalak kegirangan penuh syukur, tetapi juga mendadak sibuk karena beliau harus mengunjungi postingan tentang BlogCamp itu satu persatu.

Ternyata, di tengah kegirangannya yang memuncak karena mendapatkan perhatian dari begitu banyak sahabat blogger, PakDhe tidak hanya senyum-senyum saja. PakDhe yang selalu banyak akal, selalu tak pernah mati ide, mengumpulkan artikel-artikel itu dan menjadikannya sebuah buku.

Inilah bukunya, BLOGCAMP : The Blog of Leadership



Terima Kasih PakDhe Cholik
Terima Kasih BlogCamp
Sudah menginspirasi kami semua.


Selamat Ulang Tahun BlogCamp

Friday, July 12, 2013

Big Girl

“It is looking at things for a long time that ripens you and gives you a deeper meaning.” 
Vincent van Gogh



Gak terasa, bayi yang dulu hanya 1,8 kg... sekarang sudah masuk sekolah playgroup. 
Dija yang di rumah tidak punya banyak teman sebaya, mengalami kesulitan beradaptasi dengan guru dan teman-teman baru di sekolahnya. Sulit bagi Dija, tapi tak pernah kusangka... ternyata sebagai emaknya, sulit juga melepaskan anak untuk sekolah. Tapi harus berusaha, dengan berbagai cara, agar Dija bisa mandiri di sekolahnya, gak nempel emaknya terus menerus, gak cari-cari emaknya lagi. Hiks...

Mungkin bagi orang lain, apa specialnya sih moment hari pertama anak kita sekolah. Biasa aja??
Well, bagiku itu moment yang penuh keharuan. Bikin nyadar, time flies ya... gak terasa udah sebesar ini, gak terasa udah tiga tahun lebih.

Teman-teman blogger yang dulu pernah menuliskan surat buat Dija di ulang tahunnya yang pertama, semoga juga punya pikiran yang sama. Tentang how time flies so fast......

(Hiks, aku mau nangis dulu... terharu.....)

Wednesday, July 3, 2013

Kopdar Singkat dengan Owner Kios 108


Sebenarnya ini postingan yang kadaluarsa, karena kejadiannya sudah sebulan yang lalu, tapi baru diposting sekarang. Yup, awal Juni lalu, aku akhirnya bisa bertemu dengan seorang blogger terkenal (yang kini sudah jarang muncul) sekaligus pelaku onlineshop yang sangat sangat berhasil. Dialah pemilik Kios108, yang kini sering sekali mensponsori kuis kuis unggulan di beberapa blog, termasuk di BlogCamp Grup. Namanya Mbak Nia.

Tahun lalu, ketika aku di jakarta, secara mendadak aku pernah mengajaknya bertemu di Tanah Abang, pusat tekstile di Indonesia. Aku tahu, Beliau sering sekali kesana. Tapi sayangnya, jadwal kami tidak sama. Alhamdulillah, tahun ini ketika aku ke Jakarta lagi, meskipun lagi lagi secara mendadak aku meminta ketemuan, Mbak Nia langsung bisa menyanggupinya. Pagi-pagi sekali aku mengiriminya pesan, dan beberapa jam kemudian, kami sudah bertatap muka di food court Tenabang.

Sambil makan siang bersama, Beliau mengajariku trik trik menjadi pelaku online shop yang jempolan. Pengalaman-pengalaman Mbak Nia berjualan online selama bertahun-tahun rupanya sudah menempanya menjadi seorang bisniswoman yang kreatif dan bijaksana. Pernah ditipu pembeli, kini Mbak Nia sudah lebih waspada dan jeli menilai mana pembeli online yang serius dan mana pembeli online yang ternyata sekedar iseng. Mbak Nia juga bercerita kisah-kisah unik yang terjadi selama berjualan secara online. Alhamdulillah, darinya aku bisa menyerap banyak ilmu berdagang.

Pembicaraan kami pun meluas hingga ke cerita anak-anak, karena Mbak Nia punya dua putri kecil yang cantik. Putri keduanya seusia Dija. Karena Mbak Nia lebih berpengalaman, aku pun banyak bertanya tentang pola pengasuhan anak padanya. Putri Mbak Nia yang pertama, biasa dipanggil Kakak Ina, ternyata memiliki IQ yang diatas rata-rata. Superior. Dan aku tertarik mencontek bagaimana Mbak Nia mengajari Kakak Ina ini itu, segala hal... termasuk misalnya bagaimana belajar membaca. Mbak Nia menjelaskan panjang lebar tentang itu. Beliau juga menjelaskan bahwa tiap anak pastilah berbeda, bukti nyatanya sudah di depan matanya. Putri pertama dan putri keduanya bisa dibilang sungguh bertolak belakang. Aku jadi makin menikmati menimba ilmu pada Ibu dua anak ini. Meskipun ini pertemuan pertama kami, tapi Mbak Nia tak pelit berbagi ilmu padaku, hebat kan?

Satu hal yang aku terkesan banget dari Mbak Nia nih, ternyata Mbak Nia tuh sungguh halus tutur katanya. Bicaranya kalem, dan santun. Beda sekali denganku yang (jika dibandingkan dengan Beliau) terkesan lebih urakan, ugal-ugalan.... hahahahhaaa.... jadi malu banget sama Mbak Nia.

Terima Kasih Mbak Nia, sudah bersedia beragi ilmu denganku. Somehow, aku pikir inilah indahnya persahabatan di dunia blog. Meskipun tak pernah bertemu, dan bisa jadi hubungan yang terjadi hanya dalam hal tulis menulis (komentar di blog, maupun pesan di email/sms/bbm/dan lain lain), tapi sekalinya bertemu, serasa bertemu saudara kandung yang terpisah bertahun tahun. Dan sekalinya bertemu, gembiranya luar biasa!!!


Kiri : Mbak Nia ~owner Kios108~
Kanan  : Elsa  ~belum jadi owner apapun~


Cerita ini diikutsertakan dalam Giveaway Ikakoentjoro’s Blog dan Lieshadie’s Blog 
-Indahnya Persahabatan Blogger-

Tuesday, July 2, 2013

63 Tahun

"Ini buat Ibu" katanya sambil menunjuk sedan hitam.

Aku menangis haru. Dia masih ingat ulang tahunku.

Waktuku tak banyak lagi, Rasulullah hanya punya 63 tahun. Sama dengan usiaku sekarang. Sedan itu pasti tak banyak berguna bagi perempuan setua aku dengan osteoporosis parah yang tidak bisa menyetir sendiri. Tapi doa, kasih sayang dan perhatian anakku inilah yang membuatku merasa jadi ibu paling beruntung sedunia. 


Kontes Unggulan Enam Puluh Tiga