Sunday, January 20, 2008

Cinta Sejati Tak Sampai

Aku pernah membaca cerpen di Femina jaman dulu, sudah lama sekali. Sebuah kisah tentang “cinta sejati” merangkap “kasih tak sampai”. Entah kenapa, sampai sekarang cerpen itu masih saja ku ingat meskipun judul dan penulisnya kulupa.

Ceritanya kira-kira begini,
ada seorang tokoh utama, sebut saja Gadis (karena aku lupa nama-nama tokohnya) yang pernah punya perasaan cinta kepada Pemuda. Karena saling suka, mereka sempat dekat. Belum boleh pacaran karena menurut orang tuanya, Gadis masih terlalu kecil. Dan si Pemuda juga masih sekolah. Belum bekerja. Si Pemuda akhirnya harus kuliah ke kota lain,meninggalkan Gadis sendirian di kota asalnya. Bulan-bulan pertama, Gadis masih rutin menerima surat dari Pemuda. Namun lama kelamaan… surat dari Pemuda tak kunjung tiba. Meskipun Gadis sudah menyuratinya beratus-ratus kali.

Tahun pun berlalu. Kini Gadis sudah menjadi wanita dewasa, memiliki pekerjaan yang cukup baik di Jakarta. Dan suatu hari, ibu menelponnya dari rumah, menyampaikan pesan bahwa ada seorang teman lama yang ingin menemui Gadis. Dengan sebuah nomor telpon yang ditinggalkan, Gadis menghubungi teman lamanya.
Seorang wanita, mengaku bernama Istri, meminta Gadis datang ke rumahnya tanpa memberikan alasan yang jelas, hanya dengan sebuah permohonan untuk menyelamatkan jiwa seseorang.

Gadis akhirnya datang ke rumah Istri. Di ruang tamu, Istri menceritakan semua. Bahwa ia adalah istri dari Pemuda, seorang lelaki yang sangat mencintai Gadis. Ia pun menjelaskan, semasa kuliah, Pemuda nge-kost di rumahnya. Kesantunan dan kepandaian Pemuda membuat orang tua Istri jatuh hati dan berniat menjadikan Pemuda sebagai menantu. Sejak itu, surat-surat dari Gadis tidak pernah disampaikan kepada Pemuda. Dan surat-surat Pemuda yang hendak di-poskan, di ambil oleh orang tua Istri agar tidak sampai ke tanga Gadis. Hingga akhirnya Pemuda putus asa, karena merasa surat-suratnya tidak pernah di balas. Akhirnya Pemuda menikah dengan Istri.

Istri masih bercerita, meskipun Pemuda adalah seorang suami yang sangat baik, dan seorang ayah yang jempolan buah hati mereka, namun di dalam hati, Pemuda tidak pernah berhenti mencintai Gadis. Sejak awal istri merasa suaminya mencintai orang lain. Tapi Pemuda selalu bisa meyakinkan, bahwa yang dinikahinya adalah Istri, bukan orang lain. Hingga Pemuda sakit-sakitan dan tak kunjung sembuh bertahun-tahun. Menurut dokter, Pemuda susah sembuh karena tidak memiliki semangat hidup. Sampai akhirnya Istri menemukan kotak kardus Pemuda, yang berisi segalanya tentang Gadis. Surat-surat dari Gadis, foto-foto bersama Gadis, tiket bioskop, nota restoran, dan hal-hal kecil lainnya. Semuanya tentang Gadis. Di dalamnya juga ada sebuah jurnal, tentang isi hati Pemuda. Puisi-puisi tentang kerinduannya kepada Gadis, pemikirannya tentang bagaimana seorang perempuan dan istri dengan Gadis sebagai ukurannya, dan impian-impiannya jaman dahulu.

Gadis sangat kaget mendengar cerita Istri. Ia sama sekali tidak menyangka, Pemuda masih mencitainya sedemikian rupa.
Istri juga menjelaskan, tujuannya memanggil Gadis kesini, agar Pemuda dapat berjumpa dengan Gadis sehingga memiliki semangat hidup lagi. Istri melakukan ini dengan alasan karena mencintai suaminya. Sebagai istri, ia menginginkan yang terbaik bagi suami. Dan jika yang terbaik adalah Gadis, Istri sanggup dan bersedia mundur.
Gadis tidak bisa berkata apa-apa, selain bersedia menemui Pemuda yang telah lama tergolek lemah di tempat tidur.

Melihat Gadis telah di hadapannya, wajah Pemuda yang sebelumnya tampak layu mendadak berbinar-binar. Pemuda duduk di tempat tidurnya dan memegang tangan Gadis. Istri meninggalkan mereka berdua berbicara selama berjam-jam. Dari kejauhan, Istri sangat bahagia melihat wajah Pemuda yang sangat bersemangat seolah-olah tidak pernah mengalami sakit bertahun-tahun. Segala rasa iri dan cemburu sebagai wanita terkalahkan oleh rasa bahagia melihat suaminya “sembuh”.

Malam tiba, Gadis pun pamit pulang, tak lupa berjanji esok atau lusa akan menjenguk Pemuda lagi. Dalam perjalanan pulang, Gadis masih juga mencerna peristiwa tersebut. Ia memang pernah sangat mencintai Pemuda. Namun sejak kehilangan Pemuda, Gadis berusaha melupakannya. Kini Gadis telah memiliki seorang tunangan yang baik, meskipun tidak setampan Pemuda. Lagipula Pemuda juga telah memiliki Istri yang teramat sangat mencintainya. Gadis tidak tahu,apakah ia harus menyesal atau tidak dengan apa yang terjadi padanya dan pada Pemuda.
Sementara itu, keesokan harinya, Istri mendapati Pemuda telah tak bernyawa. Namun sebuah senyum masih tampak di wajahnya yang bercahaya.

Sebenarnya mirip dengan Kuch-Kuch Hota Hai. Rahul dan Anjali bersahabat sejak lama. Meski mereka saling mencintai, mereka tidak pernah menyadari hal itu. Sampai akhirnya datang Tina, yang membuat rahul terpesona. Anjali yang telah sadar bahwa dirinya mencintai Rahul, mendapati sahabatnya itu sedang terlena oleh Tina. Rahul meminang Tina, dan Anjali pergi dari kehidupan mereka. Meski telah menikah,Tina merasa Rahul tetap mencintai Anjali,disadari atau tidak. Dan ketika Tina harus bersiap-siap menghadapi kematian, Tina menyiapkan anaknya untuk mengembalikan Anjali kepada Rahul.

Hhm... entah kenapa aku suka dengan dua kisah itu. Apa karena keduanya tidak memiliki tokoh antagonis, atau sebuah mimpi tentang cinta sejati semacam itu yang mengena di pikiranku. Tidak tahu pasti. Yang jelas, aku mengagumi keikhlasan Istri dan keikhlasan Tina. Terlebih-lebih pada Istri, yang tampak jelas mencintai suaminya sepenuh hati. Jujur saja, aku rasa aku tidak akan mampu mencontoh mereka.

10 comments:

  1. salutttt untuk istri.....jarang2 yang seperti ini....

    ReplyDelete
  2. ceritanya sangat memukai Elsa....sungguh bijaksana dan berhati mulia bagi seorang istri yang membiarkan swaminya bercakap2 dgn mantan pacarnya... ;)

    ReplyDelete
  3. mampir ke posting terlama Elsa...xixixixi...sama kayak osi sepi koment jg waktu awal ngblog

    ReplyDelete
  4. Kisah "Gadis", "Pemuda", dan "Istri" tidak patut terjadi pada komunitas muslim. Seorang perempuan haram berdua-duaan dengan lelaki yang bukan mahramnya. "Istri" tidak sepantasnya membiarkan suaminya ("Pemuda") berduaan dengan "Gadis" karena "Gadis" dan "Pemuda" bukanlah mahram.

    ReplyDelete
  5. adakah cinta yg sedalam itu di dunia nyata ???

    ReplyDelete
  6. sungguh menyentuh ceritanya

    ReplyDelete

jangan lupa baca Basmalah sebelum komen...
"Bismillahirrahmanirrahiiiiiiim......"

and please, ANONYMOUS is not allowed.