Totto-chan
Gadis Cilik di Jendela
by: Tetsuko Kuroyanagi
Gramedia Pustaka Utama
Totto-chan hanyalah seorang anak kecil biasa yang punya dunianya sendiri. Rasa ingin tahunya begitu besar, imajinasinya liar kemana-mana, dan yang pasti sangat kreatif. Sayangnya, banyak orang dewasa yang kurang mengerti akan hal itu. Akhirnya, di sekolah taman kanak-kanaknya, Totto-chan dianggap anak nakal oleh Sang Guru. Sang Ibu pun mencarikan Totto-chan sekolah yang cocok untuk anaknya. Dan... di sekolah Tomoe, Totto-chan bisa menemukan dunianya, dia juga dimengerti oleh orang-orang dewasa di sana. Terutama oleh Bapak Kepala Sekolahnya, Mr Kobayashi.
Totto-chan sungguh bersemangat sekolah di Tomoe, karena begitu pertama kali bertemu Mr Kobayashi, Totto-chan bisa bercerita tentang semua hal yang ada di kepalanya hingga 4 jam lamanya, sampai ia kehabisan cerita, dan Mr Kobayashi dengan tekun mendengarkan seluruh cerita Totto-chan. Sekolah Tomoe berbeda dengan sekolah lainnya. Ruang-ruang kelas yang berasal dari gerbong kereta membuat anak anak betah berada di dalamnya. Sistem belajar-mengajarnya pun sangat special. Murid-murid diperbolehkan mengerjakan pelajaran yang disukainya terlebih dahulu. dan jika ada lomba, maka hadiahnya adalah sayuran dan buah-buahan, sehingga anak-anak yang berhasil mendapatkan hadiah sayuran akan dengan bangga memakan sayuran tersebut.
Mr Kobayashi tidak pernah marah, meskipun Totto-chan pernah menguras septic-tank. Mengeluarkan seluruh kotoran yang ada di dalamnya hanya demi mencari dompet kecilnya yang terjatuh ke dalam septic-tank. "Kau akan mengembalikan semuanya kalau kau sudah selesai kan?" Begitu beliau bertanya pada Totto-chan, setelah mendapatkan jawaban YA dari Totto-chan, beliau lantas pergi.
Pak Kepala Sekolah juga punya peraturan yang lain dari biasanya. salah satunya mengharuskan anak anak pergi ke sekolah dengan pakaian yang paling usang. Bagi Totto-chan hal ini sungguh menyenangkan, karena ia tak perlu lagi khawatir baju barunya akan robek ketika dia merangkak di bawah semak semak, atau ketika ia memanjat pohon. Ternyata selain itu, peraturan ini juga bertujuan untuk membuat anak anak 'sama'. tak ada lagi yang terlihat menonjol. karena semuanya memakai baju yang usang.
this is my real totto-chan |
Cerita dalam buku ini sungguh sangatlah lengkap. Ada cerita lucu soal kepolosan Totto-chan, ada cerita mengharukan soal Totto-chan kehilangan sahabat, kehilangan anjingnya, atau saat menghibur tentara perang. Ada juga cerita heroik, saat Totto-chan membantu kawan cacatnya memanjat pohon, juga saat mengusir anak-anak sekolah lain yang kerap mengejek kawannya. Tapi yang paling special adalah cerita soal cara mendidik anak-anak ala Mr Kobayashi yang sungguh special. Bagaimana anak-anak diperlakukan secara "anak-anak", dimengerti dunianya, dan dikembangkan segala kemampuannya....
Pantas saja jika kemudian alumni sekolah Tomoe menjadi orang-orang sukses!
Buku ini bahkan menjadi buku wajib untuk pendidikan di Jepang. dan menurutku, buku ini memang HARUS dibaca oleh kalangan pendidik dan IBU-IBU MUDA.... agar bisa mengerti bagaimana ajaibnya dunia anak-anak.
Sulit bagiku untuk mengukur betapa aku sangat tertolong oleh caranya mengatakan padaku, berulang ulang, "Kau anak yang benar benar baik, kau tahu itu kan?"
seandainya aku tidak bersekolah di Tomoe dan tidak pernah bertemu Mr Kobayashi, mungkin aku akan dicap "anak nakal", tumbuh tanpa rasa percaya diri, menderita kelainan jiwa dan bingung.
Tetsuko Kuroyanagi
Yup, begitulah cara Mr Kobayashi mendidik Totto-chan. Beliau tidak pernah memarahi Totto-chan, karena tidak pernah menganggap Totto-chan nakal. Bayangkan saja, ada anak kecil menguras septic-tank???? orang tua mana yang tidak marah-marah? atau seorang anak kecil memanjat pohon tinggi sambil mengangkat temannya yang cacat? orang tua mana yang jika melihat itu tidak panik dan marah-marah??
tapi Mr Kobayashi hanya berkata "Kau benar-benar anak baik, kau tahu itu kan?" sambil menekankan kata "benar-benar". Ternyata kata-kata itu tetep diingat dan dipercaya si anak hingga dia dewasa....
Aku memiliki buku ini bertahun-tahun yang lalu, ketika masih kuliah. dan sampai kini tak pernah merasa bosan membacanya. Apalagi setelah ada Dija, sepertinya buku ini masih tetap akan dibaca... untuk mengingatkanku, bawa anak anak--termasuk Dija-chan-- memiliki dunianya sendiri, memiliki pemikirannya sendiri, memiliki alasannya sendiri. Kitalah yang harus memahaminya dan mengarahkannya. Tanpa marah-marah.
"Diikutkan dalam Kita Berbagi yang di selenggarakan Cyber Dreamer"
buku yang sangat ingin dibaca: Bukunya INGE dooong. Kalo gak menang pun tetep akan beli bukunya :)
emang keren nih buku ^^ . saya ngerasa sama banget sama Totto-chan dan sepertinya butuh sekolah seperti itu hhehehe.
ReplyDeletepengeeeeeen baca pengen baca pengen baca,kayake apik n bagus ya buku itu,sipnosisnya aja bagus ya saa.. huwaaaa dija keren,giginya dah banyak,ayo dija belajar maem kripik pisang n kripik telo he3x..
ReplyDeleteSaya pertama kali baca yang totto chan ini pas SMA, disitu saya tersadar bahwa seharusnya mendidik anak itu dengan cara seperti Totto Chan dibesarkan. Belajar di gerbong kereta, mandi di danau...
ReplyDeletebtw, sekarang udah ada versi totto chan yang udah gede loh, yang jadi volunteer kemanusiaan. Menyentuh, dengan cara totto chan dewasa
jadi ingiiiiiinnnnnn sekali baca buku ini,...ke gramed selanjutnya buku ini yg aku cari mba :)
ReplyDeletedan dija tetap putri cantik yg pinter sekali bergaya...
Jadi penasaran pingin baca buku Totto Chan mbk.
ReplyDeleteSaya stuju dengan cara mendidik yang ada dlm buku itu, jadi tidak memaksa anak untuk mengikuti kemamuan pendidik, tapi pendidiklah yang harus memahami anak didikx.
mb Elsa, aku juga suka banget sama buku ini... Pak Kobayashi memang teladan bagi para pendidik...
ReplyDeleteIya. Anak-anak adalah anak2. Yg rasa2nya gak pantas banget utk kita marah2in...
ReplyDeleteByk ibu2 yg memperlakukan anak2nya dgn cr yg kasar, sptri memarahix, mukulin anakx. Tp, kok rasa2x kasian ya sm si anakx...???
Mmm... Moga2, kalo Ning pux anak, Ning gak mw make cara kasar, tpi cara kyk Mr. Kobayashi... :)
ahhh, totto chan milikku pun masih tersimpan rapi, dgn tulisan cantik di bgan depan "teruntuk adikku, Maya, selamat ulang tahun".
ReplyDeleteheheh, slh satu kado berharga buatku:)
saya udah baca nih mbak,
ReplyDeleteyang paling lucu saat dia cerita panjang lebar dihadapan calon kepala sekolahnya sampe 4 jam, eh, ternyata malah diterima di sekolah gerbong kereta itu..
btw, foto2 nya keren..
salah satu buku favoritku juga mbak Elsa
ReplyDeletesyaratnya harus buku yg sering dibaca ya mbak
ReplyDeletegw kadang masih ga ngerti ama apa yng dipikiran anak2 seumur dija, akdang mereka suak ketawa sendiri kadanag tiba2 nangis tampa hal yang jelas
ReplyDeleteanw foto2 dija cakep deh, fotonya dana dijanya juga pastinya
Terima kasih udah mengikuti "kita berbagi"
ReplyDeleteSemoga apa yang kita tuliskan selalu dapat memberikan manfaat tersendiri bagi pembaca dan juga berbagi ilmu melalui tulisan lebih digalakkan lagi ^^
kira2 apa masih ada di Gramed ya mbak? saya pengen beli :)
ReplyDeleteSepertinya aku ketinggalan untuk yg satu ini...karna belum pernah baca.
ReplyDeleteTapi setelah baca review nya jadi penasaran dgn isi sebenarnya
wah ketinggalan nich blum pernah baca.....
ReplyDeleteEmang bagus ko bukunya :-)
ReplyDeleteini salah satu judul buku yang direkomendasikan istri saya sejak jaman belum nikah...apik, manis...:),
ReplyDeletenggak tau apakah Andrea Hirata juga terinspirasi menulis Laskar Pelangi dari novel ini? yang jelas ada pesan yang dalam dan sindiran kritis yang cerdas terhadap sistem pendidikan yang berlaku...
berusaha mengatakan bahwa tiap manusia punya potensi dan bakat yang berbeda, tidak bisa begitu saja disamaratakan dalam nilai rapor matematika...:)
Duh, cantik sekali Dija-ku ini... Aku malah mau buat skripsi dengan novel Totto chan ini Mba El hehe ;)
ReplyDeleteOla Elsa pasti mencoba mendidik Dija dengan cara-cara Kobayashi san.
ReplyDeleteDari jaman SMP dulu, Aku udah denger ttg novel ini dan kalo ke toko buku sering lihat, tapi sayangnya ga pernah sekalipun beli dan baca! Nah..sekarang (mengingat sudah punya anak) maka harus beli nih!
ReplyDeletePernah sih denger toto chan gtuh.. tapi gak pernh baca bukunya hehehhehe......
ReplyDeletewah fotonya bagus bisa kayak anak kembar, pakenya apa tuh kak Elsa????
suka cara penjabaranmu :) jadi tambah pingin ketemu Dija, sampaikan salamku buat Dija n moga sukses lombana :)
ReplyDeleteBuku yang kita baca ternyata sama mbaaakkkkkk :D
ReplyDeletevote for dija chan ajaa!! :))
ReplyDeletelucuuu banget mbak, kemaren pas kita kopdar juga ngomongin baby dija yang lucu gemesin itu :)
anw, bukunya toto chan yang kedua, yg cerita ttg anak2 di dunia, bikin terharuu bgt..
wah meskipun bukunya begitu terkenal tapi saya malah belum baca loh mbak....
ReplyDeletesaya juga mbaca buku ini bertahun yang lalu,, dan masih membacanya lagi dan lagi :)
ReplyDeletefoto2nya dija keren euy...yang ambil picturenya tante elsa yah....anak saya kemarin nanya tekniknya kalau pake kamera digital gimana caranya nih??
ReplyDeleteanata wa hontoni ii ko desu? gitu kali yah kira2 yg dibilang ke toto chan sama gurunya..
ReplyDeletebuku ini udah lama bgt ya. tenar bgt. tp saya belom baca >_<
pa kbr mbak elsa...?
Aku suka cerita ini. Betapa bahagia dan senangnya Totto-chan, yang tentu itu juga dirasakan oleh Mr. Kobayashi. Dan kayaknya aku ikut merasakan.
ReplyDeleteBtw, wah Dija sudah tambah besar. Tambah cantik. Semoga sehat.
ak jg suka banget buku itu mbk,,
ReplyDeletetp ak belum sempat baca yang kedua.. (hiks)
sdh lama gak koment, gmn kabar mbk elsa dan dija? sehat?
Aww, i love this book so much...inget pertama bacanya pas masih SMA, membelinya karena langsung jatuh hati dengan sinopsis di bagian belakang bukunya.... saya selalu suka dengan cerita sekolahan...terlebih cerita seperti ini, yang langsung membangkitkan idealisme saya waktu itu,,,tentang bagaimana pendidikan untuk anak seharusnya,,,, ^^
ReplyDeletebtw, nice review mba elsa....
saya juga udah baca buku ini, terharu bacanya, bener2 high recommended utk para pendidik...
ReplyDeleteToto Chan itu sangat menginspirasilah pokoknya...
aku jga mau baca ni bukunya
ReplyDelete