Monday, July 21, 2008

Jadikan aku yang ketiga, Buatlah diriku Bahagia...

Terkejut. Itu yang kurasakan hari ini.

Siang tadi, Pak Fatkhur datang ke tokoku. Beliau adalah seorang saudagar kaya raya. Memiliki pabrik rokok dan beberapa usaha lain. Pernah suatu kali, dia memborong sejumlah karpet terbaik di sini, total pembelian 9 juta. Dan hari itu, aku masih ingat, senyumku tak bisa lepas dari wajahku sampai esok hari. Karena laba yang aku peroleh terbilang cukup banyak. Hahahahahahaa.....

Pak Fatkhur kenal baik dengan orang tuaku, mungkin karena mereka seusia, juga karena sudah berteman sejak lama. Kunjungan pertama, Pak Fatkhur membawa istri pertamanya. Seorang wanita paruh baya, mungkin usianya juga tidak beda jauh dengan ibuku. Santun, berjilbab, berpenampilan sederhana untuk ukuran orang sekaya mereka. Datang berdua, membeli bantal, guling, dan sprei. Istri pertama Pak Fatkhur bahkan sempat bercakap-cakap dengan Ibuku, yang kebetulan ada di tokoku. Sementara, kunjungan kedua, Pak fatkhur bersama istri keduanya. Semula, aku tidak tahu bahwa Pak Fatkhur menganut paham poligami. Aku sempat bertanya-tanya waktu itu. Kenapa wanita yang dibawanya berbeda dengan yang pertama. Yang kedua ini, mungkin lebih muda 10 tahun dari yang pertama, sudah pasti lebih cantik, kulitnya lebih terang, lebih tebal make-up nya, lebih trendy cara berpakaiannya, dan sedikit lebih genit. Mereka membawa serta seorang anak kecil usia taman kanak-kanak. Dan waktu itu, Pak Fatkhur membelikan istrinya karpet besar yang mahal.

Setelah mereka pergi, aku bertanya pada ibuku. Apakah pak Fatkhur memang memiliki 2 istri. Ternyata Ibu menjawab iya. Sudah lama Pak fatkhur memiliki 2 istri.

Hhmm.....
Dan hari ini, Pak fatkhur membawa istri ketiganya!!!

Awalnya, Pak Fatkhur datang seorang diri ke toko. Langsung menemuiku. Dia berniat membeli karpet untuk 10 kamar di sebuah pesantren. Lalu aku menginformasikan ukuran-ukuran dan jenis karpet yang tersedia. Tampaknya Pak Fatkhur belum yakin mengenai ukuran kamarnya, sehingga Pak Fatkhur menelpon seseorang dan memintanya untuk mengukur setiap kamar dengan lebih teliti. Kemudian, ia menelpon lagi, berbicara dengan orang yang berbeda, dan membuat janji untuk bertemu di tokoku, sekarang.

“Sebentar ya Mbak....”
Aku hanya tersenyum. Lalu Pak Fatkhur melihat-lihat koleksi karpet di belakang, sementara aku tetap di depan, di balik meja kasir.
Tak lama kemudian, datanglah seorang perempuan cantik berjilbab jingga menyala, ditemani perempuan lain tidak berjilbab dan gadis kecil berseragam SD. Rupanya, aku mengenal senyum perempuan berjilbab jingga itu. Dia pun kaget...

“Tita?”
“Elsa?”
Kami sama-sama tertawa.
“Sejak kapan pakai jilbab? Gaya yooo saiki!!” aku menggodanya.
“Ojo ngunu ta, isin aku! Sudah lama, setahun lebih kok”
“Oooo... tambah cantik kok”
Dia hanya tersenyum. Lalu mencari-cari seseorang, melihat ke belakang. Dan menghampiri Pak Fatkhur. Mereka bicara sebentar di belakang, dan Tita mengampiriku lagi.

“Berapa anakmu sekarang?”
“Masih satu”
“Kok gak nambah lagi? Apa gak kurang? Itu kan... sudah besar ya sekarang”
“Iya, gak tau nih, padahal gak KB lho.. ya belum dikasih aja kali yaa...”
“Yaa...semua ada waktunya kok. Pasti nanti dikasih lagi”
“Kamu? Berapa?”
“Hahahahaha... berapa apanya? Anak? Wong belum menikah!”
“Lho... masa sih?”

Lalu Pak Fatkhur keluar melewati kami. Dan Tita tampak kebingungan. Dia pamit, “Sebentar ya Sa..” katanya sambil mengikuti Pak Fatkhur keluar. Sekitar 5 menit mereka bicara di trotoar, sementara aku melihat teman dan anaknya Tita memilih-milih bedcover.

Tita masuk lagi. Dan duduk di depanku. Kemudian Pak Fatkhur, yang pamit padaku untuk pulang sebentar mengukur ruangan yang akan di pasang karpet.
Tita memulai pembicaraan duluan.

“Tadi sudah milih?”
“Siapa? Milih apa?”
“Karpet. Katanya kesini mau milih karpet buat pondok”
“Oooo... belum. Katanya masih bingung. Gak tau ukurannya. Emang buat pondok mana sih?” aku mulai memancingnya.
“Buat pondok di ngoro” Tita lalu menyebutkan nama pondoknya.
“Mau nyumbang pondok?”
“Nggak, suamiku kan punya pondok. Ya itu.”
“Wah, berarti kamu sekarang jadi Bu Nyai, pimpinan pondok? “
“Nggak laah... aku masih di sini. Aku kan yang ketiga. Yang jadi Bu Nyai, yang kedua”.
“Oooo..... trus yang pegang pabrik?”
“itu yang pertama”
“Oooo... trus kamu? Yang pertama punya pabrik. Yang kedua punya pondok. Kamu gak minta dibikinin apaaa gitu? Salon atau butik, atau apaaa gitu?”
“Hahahahahaa..... kalo salon sih sudah....”
“Waaah hebat kamu Ta!!!”

Percakapan kami terhenti ketika anaknya Tita merengek minta pulang. Dan Tita pun pamit.

Setelah mereka semua pergi, pegawaiku berebut menghampiriku. “Mbak, itu istrinya yang ketiga??” aku mengangguk. “Kok Mbak Elsa kenal?”
Aku menarik nafas panjang terlebih dahulu. “Dia teman sekelas waktu SD dulu”.

Satu jam setelahnya, aku masih terkejut.
Tita??
Temanku waktu SD ini memang cantik. Dari dulu, dia yang paling genit. Paling suka dandan dan paling girly diantara teman-teman sekelas lainya. dan kabarnya, ketika SMP pacarnya sudah gonta-ganti. Seterusnya, kelas 2 SMU, dia hamil dan keluar dari sekolah. Kemudian menikah dengan pacarnya yang waktu itu juga masih SMU. Aku pernah bertemu dua atau tiga kali. Waktu anaknya masih sekitar dua tahun. Dia tampak kurus, namun kecantikannya masih terlihat jelas. Beberapa tahun kemudian, aku bertemu Tita lagi. Kali ini, dia tidak secerah dulu. Temanku bercerita, bahwa rumah tangga Tita memang bermasalah sejak dulu. Suaminya tidak bisa bekerja, sehingga Tita yang harus pontang-panting mencari uang. Tita pernah mengikuti aneka macam MLM, kemudian dia juga berjualan kecil-kecilan dengan segmentasi tetangga sekitarnya. Sejak itu, aku tidak mendengar kabarnya lagi.

Sekarang.... Wow. Tita pasti bergelimang harta. Jauh dari kesusahan. Wajahnya juga tampak berseri-seri, menenteng dompet tebal dan ponsel keluaran terbaru. Bajunya rapi, serasi dari atas ke bawah dengan make up yang tebal dan dewasa.
Aku benar-benar gak tau harus ngomong apa.

Apa yang membuat Tita bersedia jadi yang ketiga.....
Uang ataukah cinta?

Tita pernah menikah berdasarkan cinta, dengan suaminya yang pertama dahulu. Namun tampaknya kehidupan atas dasar cinta tidak seindah yang dibayangkan. Kalau sekarang, uang adalah alasannya, aku tidak berani menyalahkan Tita. Dia sudah melalui banyak hal dalam hidupnya. Berjuang demi rumah tangganya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, berjuang untuk anak satu-satunya. Kalau memang uang menjadi alasannya, aku bisa mengerti. Pak Fatkhur, dengan kekayaan yang melimpah ruah, mungkin memang pilihan yang terbaik untuknya.

Hanya saja..... usianya mungkin sudah sekitar 60an.
Well, mungkin Tita akan menjawab “Cinta tidak memandang usia”. I know. Cinta juga bukan yang utama ya Ta....

Ya Tuhan, Engkau Maha Pengatur. Engkau Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi umatMu.....

(“jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia, walaupun kau tak kan pernah, kumiliki seutuhnya......” lagunya Astrid. )

9 comments:

  1. mbakyu, itu cuma sekedar lagu bagi sebagian orang, dan mungkin bukan sekedar lagu bagi sebagian orang yang lain. Jangan ditiru ya..., nggak baik buat "kesehatan".

    Tapi gak tahu lagi deh, nasib orang siapa yang tahu... iya kan ?

    Setiap orang juga bisa berubah setiap saat.

    Dan apapun yang terjadi, itu sepertinya sudah menjadi garisNYA.

    -=Semua Karunia Sang Pencipta=-

    ReplyDelete
  2. Kayak lirik lagu....

    Jika aQ menjadi orang yang kaya raya dan berkuasa aQ tidak akan berbuat poligami mbak, lah wong siji ae' lho gak ngentekno apa lagi dua atau tiga... Tapi kalo haruz ngikuti Sunarasuoll aQ pikir2 lagi ah

    ReplyDelete
  3. Ralat, bukan kumiliki seutuhnya tapi kumiliki selamanya...!!!

    (ini komen ato bukan ya...??? :D)

    ReplyDelete
  4. wuahh...
    ga terpikir bagiku kalo ntar mo punya istri 3..hi..hii..
    tp elsa jangan mau jd istri kedua ato ketiga ya...
    ^^,

    ReplyDelete
  5. Eniwei, kalo ada cewe yang mau dipoligami justru menyakitiku. Berarti dia ngga bener-bener cinta (ehm!!). Kalo dia mau didua atau tiga atau empatkan berarti dia ngga bener-bener berusaha memilikiku. Hehe... susah amat temanya.

    Ada yang lain. Rasul pernah agak tidak berkenan sewaktu Aisyah berkata, "Apa tidak ada perempuan lain selain Khadijah? Bukankah dia telah lama meninggal?" Waktu itu, Rasul mengejar seorang kawan Khadijah yang jelas telah nenek-nenek. Aisyah pun ber-jelous ria. Setelah Rasul terdiam, Aisyah bilang, "Ya Rasul, ampuni aku." Rasul bersabda, "Minta ampun pada Khadijah."

    Menurutku, Khadijah memang luar biasa. Bukan karena ningrat, kaya, atau cantik. Prestasi dahsyatnya justru saat Rasul minta diselimuti pasca dibaiat Jibril menjadi Rasulullah. Dan Khadijah meyakinkan Rasul bahwa beliau memang pantas.

    Sori Elsa, ada hubungannya sama tulisan kamu apa bukan aku ngga tau....

    ReplyDelete
  6. cinta itu lebih indah kalo gak dibagi... he...he...

    ReplyDelete
  7. aduuuh...

    Sa, please be considerate sama pelaku dalam ceritamu ya? kan ada juga temen-atau saudaranya yang mungkin baca...

    anyway, semua itu pilihan kan? just like why you choose 'es degan' instead of "milk' kan? semua orang punya alesan sendiri.

    well, it was all yellow...

    ReplyDelete
  8. mungkin tidak semua adalah pilihan ..

    memang setengah dari hidup kita adalah "bebas" ... tapi "setengahnya lagi tidak bebas" dengan segala yang "tidak bisa dirubah lagi"

    ....ya bisa dikatakan begitu karena kita "makhluk langit" yang sedang ada dalam "pengalaman kehidupan dunia" ...yg tidak muncul begitu saja, dan memilih "apa saja" yang menurut kita terbaik untuk kita ... he he he


    well ... kadang kita tidak bisa membedakan mana kesenangan dan kebahagiaan, dan cenderung mengikuti apa yang menurut "ego dunia" kita menyenangkan, selanjutnya tinggal cari alasan untuk pembenaran ... ya spertinya ini terjadi pada kebanyakan poligami yang terjadi pada saat ini ... tapi aku yakin ada beberapa yang tidak ..... (buat yang poligami, ..maaf ya ini pendapatku)

    Dan inilah "cermin nyata" yang bisa untuk menjadi "cermin kehidupan kita" ....,seperti "bayangan cermin" yang yang aku lihat kemarin ketika di "hutan" ... inspiring dan penuh hikmah ....

    dah ah ...,sebagian dariku menginginkan untuk mandi .. he he he ...

    salam

    ReplyDelete
  9. aku salut ama yang pertama, tabah bener.. tp untuk jadi yang kedua aja aku berharap jangan terjadi apalagi y ketiga..ampun... walaupun hal ini dibenarkan

    ReplyDelete

jangan lupa baca Basmalah sebelum komen...
"Bismillahirrahmanirrahiiiiiiim......"

and please, ANONYMOUS is not allowed.