Wednesday, January 25, 2012

Lupita dan Lupus




Elsa : Your turn to tell story....
Dosen : Hehehe  .... Seperti dongeng sebelum tidur ya....
Elsa : Hahahaa... iya, ceritakan kisah yang paling bagus ya Pak, yang menyentuh perasaan.
Dosen : Ok, saya punya satu kisah yang bagus. Simak ya
Elsa : Siap!

Tahun 2003, saya masih ingat betul. Ketika saya sedang mengetik di ruangan saya, ada beberapa mahasiswa yang tiba-tiba meminta waktu untuk bicara. 3 mahasiswi dan 1 mahasiswa. Saya persilahkan mereka duduk, tapi tampaknya mereka salah tingkah. Yang satu mencolek lengan temannya, satunya lagi, mengambil gerakan mundur perlahan. Si mahasiswa yang jadi satu satunya berkelamin pria, harusnya bisa memimpin teman-temannya. Tetapi dia malah tertunduk diam. 


"Ada apa? Ada masalah apa?" Saya mencoba mencairkan suasana sambil tersenyum. Melihat mahasiswa di depan saya  ini, kok jadi lucu. Mereka harusnya dewasa, tapi sekarang tampak seperti anak TK yang malu-malu ketika diminta maju ke depan kelas oleh bu guru.
Saya menghela nafas panjang. Lalu akhirnya salah satu mahasiswi memberanikan diri berbicara, meskipun dengan sangat tegang dan penuh kecemasan.


"Begini Pak... Bapak tau teman saya, Lupita?"
"Lupita yang pakai jilbab, yang suka duduk di depan? Lupita yang pipinya selalu memerah?"
"Ah iya Pak, benar. Lupita yang itu!" sahut temannya.
"Kenapa Lupita? Ada masalah apa?" tanya saya.
"Lupita sakit Pak"


Saya jadi teringat beberapa bulan yang lalu, beberapa dosen membicarakan masalah ini. Ada seorang mahasiswa yang terpaksa diamputasi jari-jari kakinya. Dan kami pun mengumpulkan dana sumbangan untuk membantu si mahasiswa. Saya tidak seberapa memperhatikan waktu itu, karena saya sedang sibuk dengan deadline penelitian di LIPI. 


"Oh, iya...saya dengar masalah Lupita itu. Tapi semester ini sepertinya Lupita tidak mengambil mata kuliah saya kok. Lalu ada apa dengan Lupita? apa yang bisa saya bantu?"
"hhmm....... Bagaimana jika ..... Bapak bisa gak menjeng-"
"Kami mau ke sana Pak!" potong temannya. "Kami akan menjenguk Lupita. Apa Bapak bisa ikut bersama kami?"


"Oh begitu.... ya nanti saya jenguk Lupita juga" rupanya mereka ingin saya menjenguk Lupita.
"Kapan Pak?"  hampir serempak mereka bertanya. Tampaknya mereka sangat ingin saya ikut menjenguk.
"Segera setelah pekerjaan saya selesai ya..."
Keempat mahasiswa itu tampak kecewa. Sejenak kemudian mereka pamit, sambil berbisik-bisik di antara mereka. Saya jadi bertanya-tanya, apa gerangan sebenarnya yang terjadi.



Elsa : Lalu? jadi menjenguk Lupita kan?
Dosen : hhm... iya. dan ternyata memang kondisinya mengenaskan. Saya ketika itu, hampir saja menitikkan air mata.
Elsa : Hahahahaa...masa dosen nangis di depan mahasiswanya? gengsi dong....
Dosen : hehehee, bukan begitu, ini bukan masalah gengsi atau tidak. Jika Elsa ada disana, pasti juga akan menangis, sama seperti saya. Kalau saya sih...mampu saya tahan sampai di rumah. Kalau Elsa, mungkin nangis di tempat.
Elsa : Masa sih Pak? sebegitunya.... parah banget ya?
Dosen : Begitulah.


Saya akhirnya punya waktu ke sana, setelah beberapa hari. Saya mengajak beberapa kawan dosen. Sepertinya waktunya sangat tepat, ketika itu Lupita baru saja keluar dari kamar operasi. Orangtua, saudara-saudara, teman dan banyak lainnya tampak menunggui Lupita. Seorang mahasiswa, sahabat baik Lupita, menyambut saya dengan sangat gembira. Dia lalu menceritakan bahwa Lupita baru saja diamputasi kakinya, sampai sebatas lutut. Saya tegang mendengarnya. 


Dia melanjutkan cerita tentang Lupita, yang telah lama mengidap LUPUS. dan 2 tahun terakhir, Lupita tampak semakin lelah. Ia sering sekali pingsan. Sayangnya.. saya tidak banyak tahu soal itu. Saya merasa bersalah juga, kurang care dengan mahasiswa-mahasiswa saya.
Sebulan yang lalu, Lupita terpaksa kehilangan jari-jari kakinya. Ternyata tidak berhenti di situ. Penyakit sudah terlanjur menyebar. Dan hari ini, Lupita kehilangan kakinya sebatas lutut.


Saya tanya, bagaimana Lupita menghadapi semuanya. Mahasiswa itu tersenyum, "Lupita hebat Pak. Dia kuat dan sangat bersemangat, apalagi jika ada kuliahnya Bapak" jawabnya. 
Bodohnya saya, masih juga tidak mengerti apa maksudnya.
"Mari Pak...tampaknya Lupita sudah siuman" Dia mengajak kami masuk ke kamar Lupita. Saya bersalaman dengan Orang Tuanya, dan beberapa orang disana. 


Ranjang Lupita berada di tengah. Saya melihat Lupita yang begitu kurus. Ada ruam-ruam merah seperti cakram di sepanjang lengannya. Bibirnya pecah-pecah, wajahnya pucat sekali. Hal itu membuat ruam merah di pipi dan sekitar hidungnya semakin kentara. Si Mahasiswa tadi dengan sigap meletakkan kursi plastik di sebelah Lupita, dan meminta saya duduk disana. Lupita tampaknya belum sadar benar. Sang Ibu mendampinginya. Membisikkan sesuatu ke telinga Lupita. Dan tampaknya kata kata Sang Ibu sangat manjur. Lupita langsung terbangun, dan meminta untuk dibantu duduk. Lupita tersenyum melihat saya. seketika itu wajahnya berbinar, pucatnya hilang. Saya menyalami Lupita erat erat, bermaksud memberinya semangat.


Saya lihat Sang Ibu tak kuasa menahan air matanya. Beliau meminta ijin keluar ruangan. Tapi Lupita tak mengalihkan pandangannya dari saya sedikitpun. Lupita dengan ceria bercerita pada saya,  meskipun sambil menahan sakit. Tentang keinginanya masuk kuliah lagi. Tentang tugas tugasnya yang terbengkalai, juga tentang ketidakmampuannya memenuhi 75% absensi. Saya mendengarkan dengan seksama, tidak banyak bertanya, hanya memberikan pesan agar tetap bersemangat, tetap bersyukur apapun yang terjadi. Lupita mengangguk angguk, berjanji akan memenuhi semua pesan-pesan saya.


Saya dan teman-teman dosen lainnya pun pamit pulang. Namun ketika kami di parkiran, Sang Ibu dan mahasiswa sahabat Lupita tergopoh-gopoh mengejar kami.
"Paaaak....Terima kasiiiiihhhhhh.... terima kasih sekali sudah bersedia datang"  kata Sang Ibu sambil terisak. Saya bingung harus jawab apa waktu itu melihat Ibunya menangis. Akhirnya saya cuma meminta beliau tetap sabar dan tabah.


Elsa : Hhm.... pasti ada sesuatu nih... gak wajar ya
Dosen : Saya lanjutkan??
Elsa : LANJUTKAN! lebih cepat lebih baik! hehehehehe


Seminggu kemudian, saya harus pergi ke Jakarta. dan tinggal di sana selama 3 bulan. Begitu saya kembali, ternyata Lupita sudah meninggal dunia, seminggu sebelum kedatangan saya. 
Sore, ketika saya hendak pulang, seorang mahasiswa ..sahabat baik Lupita yang dulu mendampingi saya di rumah sakit, menemui saya. Dia bilang, nanti malam adalah acara pengajian 7 harinya kepergian Lupita di rumah orang tuanya. Dia mengundang saya, atas nama orangtuanya.


Elsa : Innalillahi wa inna ilaihi rojiuuun.....
Dosen : sedih ya?
Elsa : Bapak datang malam itu?
Dosen : Ya, tentu saja saya datang.


Begitu pengajian usai, beberapa sahabat baik Lupita mengajak saya ngobrol di teras rumah Lupita. Di situlah, baru terbuka semuanya. Lupita menyukai saya sejak dia masuk kuliah tahun 2000. Dia bahkan menyukai saya sejak pertama kali bertemu di klinik kampus. Teman Lupita bercerita, ketika itu masa ospek. Lupita pingsan dan dibawa ke klinik. Begitu siuman, dia bertemu saya yang sedang terluka tangannya. Dia memperhatikan suster membalut luka saya agar darah bisa berhenti mengucur. Lupita tak bisa melupakan, ketika saya tersenyum padanya. Subhanallah... saya saja tidak ingat kejadian itu.


Teman-teman Lupita juga terus bercerita tentang Lupita. Bagaimana Lupita selalu bersemangat ikut kuliah saya. Lupita selalu memilih duduk paling depan, berhadapan tepat dengan meja dosen agar bisa sekedar memandang saya. Tidak banyak mahasiswa yang tahu akan hal ini, tjadi maklum saja jika cerita ini tidak sampai ke telinga saya. Hingga tahun ketiga kuliah, Lupita tampak semakin lemah. Jarang bisa ke kampus. tapi sering sekali menelpon teman-temanya, untuk bertanya bagaimana kabar saya di kampus.


Sampai akhirnya Lupita harus diamputasi jari kakinya, keinginannya hanyalah dijenguk oleh saya. Berkali kali, ia meminta teman-temannya agar membawa saya ke rumah sakit, agar dia bisa bertemu saya. Dan ketika saya menjenguknya, Lupita... masih menurut pengakuan teman-temannya.... benar-benar gembira. Dia tidak tidur semalaman, membicarakan saya. Dia lupa sakitnya, dia begitu gembira.






Hari-hari terakhir Lupita sempat meminta dijenguk lagi oleh saya. Tapi sayang sekali, Saya sedang di jakarta. Sahabat-sahabat Lupita tidak berhasil menghubungi saya. Sangat disesalkan ya, seandainya saja saya bisa mendampingi Lupita di saat saat terakhirnya.....


Elsa : Bapak...ketika diberi cerita cerita soal Lupita malam itu.... bagaimana perasaannya?
Dosen  : Ah, jangan ditanya. Saya gak tau harus bilang apa. Sedih... menyesal... sedikit senang karena saya sempat menjenguknya di rumah sakit.... dan bingung pastinya.
Elsa : Aku berkali kali mengambil nafas panjang nih Pak. Membayangkan bagaimana perasaan Lupita ketika itu. Tapi aku salut banget Pak... Lupita tetap memandang hidup ini indah, meskipun harus berteman dengan LUPUS. Dia tetap bersemangat kuliah, berusaha tetap sehat meskipun sulit. Kalo aku jadi Lupita, aku pasti berhenti kuliah deh, memilih tetap di rumah bermanja manja pada Ibuku.
Dosen : Iya, kata temannya, ketika Lupita sudah tidak punya jari kaki, Dia tetap bersikeras pergi kuliah meskipun jalan saja susah.
Elsa : Tidak mau menyerah, apapun yang terjadi ya. Semoga aku juga bisa seoptimis Lupita.
Dosen : Amiiin...amiiin....


Elsa : boleh tanya Pak?
Dosen : Iya Elsa
Elsa : Apa hikmahnya buat bapak? kisah Lupita ini....
Dosen : Banyak.... terutama soal penyakit ya. Kita gak tahu tiba tiba bisa kena penyakit yang berat, Kita gak bisa milih milih kan? Tiba tiba dapet menyakit berat, kalau boleh memilih, semua orang pengennya gak punya panyakit.
Elsa : trus, tentang lainnya?
Dosen : Tentang pesan terakhirnya itu, saya salut, dia mengambil keputusan seperti itu. Padahal kan dia bisa memilih untuk menyampaikan pesan via temannya itu sejak awal. Juga tentang perasaannya pada saya ... yang hanya dia dan segelintir teman yang tahu. Ibunya juga tahu belakangan.
Elsa : Pesan apa?
Dosen : pesan bahwa ingin dijenguk oleh saya. dan juga alasan kenapa dia pingin saya menjenguknya.
Elsa : Apa alasannya?
Dosen : ya mungkin karena selama ini dia memendam rasa. atau mungkin dia pingin saya tahu di saat saat terakhirnya. Justru itu yang membuat saya sangat sedih.

Elsa : Jika seandainya Bapak tahu lebih awal...apa yang akan dilakukan? apa nanti akan berbeda?
Dosen : Tahu lebih awal tentang apa? tentang penyakitnya atau tentang perasaannya?
Elsa: Keduanya
Dosen : Kalau tentang perasaan, saya juga gak tahu, kira kira respon saya bagaimana. Kalau tentang penyakitnya.... jujur saya gak bisa berbuat apa apa. Waktu itu, saya belum tahu banyak soal LUPUS. dan keluarganya juga sudah melakukan apapun yang terbaik untuk pengobatannya. Saya paling paling bisa ikut prihatin dan berdoa untuknya. Sejak kejadian itu, saya jadi lebih banyak tahu tentang Lupus.


Sumber gambar


LUPUS berasal dari bahasa latin "lupus" yang berarti anjing hutan. Istilah itu dipakai karena biasanya penderita lupus memiliki ruam merah di bagian hidung dan pipi (berbentuk seperti kupu-kupu, disebut juga butterfly rush) serupa seperti pipi serigala/anjing hutan. Dan karena ruam di pipi berbentuk seperti kupu-kupu, penyakit lupus juga sering disimbolkan dengan gambar kupu-kupu.


Lupus adalah penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Jika dalam kondisi sehat, sistem kekebalan tubuh manusia berfungsi untuk menangkal segala penyakit yang mencoba masuk ke tubuh, Penyakit Lupus justru melakukan kebalikannya. Sistem kekebalan tubuh penderita lupus justru menyerang organ dalam tubuh yang sehat. Dan pada setiap penderita lupus, jaringan atau organ tubuh yang diserang bisa sangat berbeda-beda. Itulah kenapa Lupus dikenal dengan sebutan Panyakit dengan seribu wajah, karena gejala lupus pada setiap penderita bisa jadi sangat berlainan satu sama lain.


Penyebab Lupus belum diketahui dengan pasti. Begitu pula dengan obatnya. Keganasan lupus setara dengan kanker atau HIV/Aids. Banyak sekali yang mengira Lupus adalah penyakit langka, dengan jumlah penderita yang kecil. Kenyataannya adalah setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 kasus baru lupus di dunia. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita lupus semakin lama semakin meningkat.


Gejala penyakit Lupus beberapa di antaranya adalah :
- Muncul rumah merah / bercak bercak di sekitar hidung dan pipi, berbentuk seperti kupu-kupu.
- Badan mudah lelah secara berlebihan, pegal-pegal dan demam. 
- Sakit kepala menahun, sakit dada ketika mengambil nafas dalam-dalam. rambut rontok.
- Nyeri persendian, karena kematian jaringan pada tulang dan persendian.
- Kelainan pada darah. Bisa berupa anemia, pembekuan dara yang berujung pada stroke, atau jumlah trombosit yang berkurang drastis.
- dan lain lain.


Cara mengetahui seseorang menderita lupus atau tidak, adalah dengan melakukan tes  Antinuclear Antobodies  (ANA)    . Jika hasilnya positif, maka bisa dikatakan orang itu menderita Lupus. 


Kunjungi Yayasan Lupus Indonesia untuk mencari informasi lebih lanjut tentang Lupus, acara-acara berkaitan dengan penyakit Lupus, atau tata cara bagaimana kita bisa membantu penderita Lupus di Indonesia.









"BASED ON TRUE STORY"

Monday, January 23, 2012

Dear Kakak



BalongRejo, Sumobito, Jombang  5 Januari 2012


Dear Kak Noni.....
Selamat ulang tahun Kak. Kamu 32 tahun ya. Kalo kamu disini sekarang, pasti kita bisa tertawa bersama, menertawakan diri kita sendiri yang semakin tua. Sudah kepala 3, gak terasa ya....
Padahal aku masih ingat betul, ketika dulu kita berlarian di antara barisan lemari kayu dan tumpukan kursi-kursi di toko. Kamu kesana, aku ikut kesana. Kami kesini, aku pun ikut kesini. Mengikutimu kemanapun kamu berlari...mengejarmu sambil tertawa senang. Bagiku, kamu adalah panutan atas segala-galanya.

Kamu ingat tidak? Kamu mengajariku bermain dengan pintu-pintu lemari yang berjajar panjang di toko kita? Aku sudah lupa bagaimana aturan bermainnya. Yang aku ingat hanyalah kamu berpura-pura menjepitku dengan lemari, dan aku berpura-pura menangis kesakitan. Lalu Ibu langsung datang tergopoh gopoh mengira kita berdua dalam bahaya!!! Hahahahahaaaaaaa
Kita tertawa-tawa senang sekali. Padahal jika dipikir pikir sekarang, apa asyiknya main jepit-jepitan daun pintu lemari? Hahahahaa

Satu hal yang aku tak bisa lupa, ketika kita sama sama kejatuhan lemari... tertindih!!! Hahahahahaaaa
Aku tidak ingat bagaimana kejadiannya. Aku hanya ingat, ketika kita memanjat lemari jati yang besar itu... tiba tiba dengan sekejap, kita berada di ruang gelap yang sempit, tak bisa bergerak. Kamu menangis sejadi-jadinya, dan melihatmu menangis, aku pun mencontek dengan cara yang sangat baik, yaitu menangis lebih keras. Selanjutnya.. aku tak ingat lagi.

Kemaren aku sempat bertanya pada Ibu tentang kejadian itu. Ibu bilang, Ibu juga gak akan lupa peristiwa 2 balitanya tertimpa lemari jati yang besar sekali. Hahahaahhaaa.... untungnya kita ga penyet ya Kak, karena alhamdulillah kita berada di salah satu rongga lemari. Jadi ketika lemarinya jatuh, masih ada ruang untuk tempat berlindung kita.




Oh ya Kak,
Aku mau minta maaf. Soalnya Adin kemaren semester 1 kelas 2.... gak dapet ranking 3 besar. Kalo dulu kelas satu semester 1, Adin bisa rangking 1. Lalu semester duanya melorot jadi rangking 3... sekarang sepertinya Adin rangking 10 Kak... Sorry ya Kak.....
Aku mengakui, aku kurang rajin dampingin Adin belajar. Habis aku gak tega lihat dia mengantuk. Belajar sedikit aja langsung ngantuk. Beda dengan ketika main PS ya...mau berjam-jam juga gak pakai acara ngantuk. Tapi tenang aja Kak... Adin selalu memenuhi perjanjian kami kok...

Eh iya, Kamu sudah tahu soal perjanjian itu kan?
Isi perjanjiannya Adin boleh main PS ketika hari sabtu dan minggu saja. Minggu pun cuma sampai sore. Karena petangnya harus belajar buat hari senin.

Trus apa lagi ya... hhm.... Sekarang kan musim hujan Kak, hampir tiap hari hujan tuh. Aladdin suka iri lihat teman-teman sekolahnya berhujan-hujan ria. Suatu hari, dia minta ijin maen bola sambil hujan-hujanan. Kasihan aku melihatnya, akhirnya aku ijinkan, tapi dengan syarat gak boleh hujan-hujanan tiap hari. Dan kalau mau hujan-hujanan harus minta ijin dulu. Aku khawatir dia sakit Kak... dia kan gampang sekali kena batuk-pilek. Kalau hujan-hujanannya diawasin kan insyaAllah gak terlalu lama gitu.

Adin sekarang sudah pintar kok Kak, kalo aku suruh jagain Dija,  ketika aku lagi repot, Adin benar-benar berusaha keras ajak Dija main atau temenin nonton tv, atau yang lainnya. Pokoknya jagain Dija banget deh.
Dija beruntung ya Kak, punya 3 kakak lelaki. Kelak pasti bisa jagain Dija tuh, amiiiiiiiiin amiiiiiiiiiiiin

Kakak tahu gak, gimana kalo Roby datang ke Jombang?
MasyaAllah... Roby tuh banget suka ciumin Dija, suka peluk-peluk Dija. Sepertinya dia yang paling ektrim menunjukkan sayangnya ke Dija. Dan lucunya... Dija agak agak gimanaaa gitu kalo dipeluk Roby, Habis pelukannya kan kenceng banget, Dija jadi sedikit kesakitan. Tapi lucu loh Kak... coba Kamu bisa lihat mereka....   :(






Kalo Dija... Kamu bisa lihat sendiri kan Kak... Dia secantik Kamu!!!
rambutnya sudah panjang sekarang, bisa dikuncir dua. Kalo ketemu anak pembeli di toko yang rambutnya dikuncir atau dikepang, Dija pasti latah tuh..minta dikuncir juga. Hehheehehee lucu deh. Aku beliin karet dan pita warna-warni. Seperti jaman kita masih kecil dulu... koleksi pita dan jepitnya kan sampai satu dus aqua gitu! hehehhehee

Hari ini, sengaja aku bangunin Dija pagi-pagi. Aku bilang ke Dija, kalo kita mau pergi ke makam Ibu Noni. Dia langsung gembira, karena mau diajak pergi. Dija semangat sekali, mandi, langsung pakai baju, dan cari sepatunya sendiri, meskipun belum bisa pasang sepatunya sendiri. Dan begitu tiba di pintu gerbang makam, Dija selalu bilang "Ibu Noni" gitu. Aku senang sekali....

Rasanya banggaaaaaa gitu, Dija bisa bilang "Ibu Noni". Aku terharu Kak!

Dija juga senang sekali waktu aku suruh menabur bunga ke makammu. Dia ambil segenggam, lalu lempar. Ambil segenggam lagi, lalu lempar. Hahahahaa... Tau gak dimana lucunya? Dia kadang suka pilih pilih bunganya Kak. Dija pilih yang warna pink. Sepertinya Dija memang maniak pink tuh... Ayahnya pasti lega ya, Dija tidak tertular virus kuningku, hihihihihi....

lalu bunga sedap malam itu... Hehehee... Dija yang pilih juga Kak. Waktu beli bunga di perempatan jalan veteran itu, Dija tiba tiba saja mengambil beberapa tangkai bunga sedap malam. Ya sudah, kami bawa saja kemari. Mau digeletakkan gitu aja, kok gak bagus. Akhirnya aku ajak Dija tancepin batang-batang bunga itu di dekat nisanmu. Seperti bikin menara yang tinggi....  Dija suka sekali. Dia tertawa-tawa. Kamu lihat kan??

Ketika beli balon, Dija pilih warna pink juga. Ketika beli es krim, Dija ambil yang warna pink. Lalu saat aku bawa ke toko roti, dia tunjuk donat dengan gula-gula pink di atasnya. Karena itu, hari ini sengaja aku pilihkan baju pink juga buat Dija, biar Kamu bisa lihat... She's really pink princess, isn't She?

Aku berani bertaruh satu milyar deh... Kalo kamu disini, pasti kamu lebih heboh lagi dandanin Dija. Iya kan?? Iya kan?? Hahahahahaa.... Impianmu memiliki gadis kecil yang lucu kan sudah terkabul. Tapi sepertinya aku lebih beruntung dibanding kamu yaa.... Karena She's here with me now.  Hahahahaa, gadis kecilnya sekarang aku aja yang dandanin. Jadi suka suka aku ya Kak... Kamu gak boleh protes! Hahahahhaaa......





Kak... sepertinya Dija sudah lelah tuh. Setelah menabur bunga pink untukmu, dia berlari-larian mengejar Kupu-kupu. Alhamdulillah ya, banyak kupu-kupu disini. Suasana makam jadi terlihat indah dan menyenangkan buat Dija. 

Tuh kan... sekarang dia mulai merengek sambil berkata  "pulang... yuk pulang" dan gak mau lepas dari gendonganku. Aku suruh dia bersabar dulu, aku belom menyelesaikan bacaan surat Yasinku buatmu. Dija sabar banget tuh nungguin aku menyelesaikan yasinku.
Meskipun sesekali dia merengek "pulang... yuk pulang", hehehhee...

Kamu dengar sendiri kan? Dija sekarang sudah mulai banyak bicara. Meskipun kosa katanya masih terbatas, tapi dia selalu berusaha ngomong kok Kak. Kamilah yang harus putar otak memahami maksudnya jika kata-katanya belom jelas. 

Ah, hampir saja aku lupa bilang.... Sebentar lagi Dija ulang tahun yang ke dua Kak! Tak terasa ya Kak. Sudah dua tahun yang lalu... Rasanya masih belom kering air mata ini. Rasanya masih ingat betul melihatmu di ranjang rumah sakit. Rasanya masih ingat betul menggendong Dija yang sangat mungil dengan tangan kiriku saja. Sekarang... Jika menggendong Dija dengan satu tangan, aku gak sanggup Kak! hehehehhee

2 tahun umur Dija sebentar lagi. Aku sudah gak sabar mengantar Dija ke sekolah Kak. Kalo ada kamu, aku pasti sudah meminta saran soal pilih sekolah. Kamu kan sudah banyak pengalaman memilih-milih sekolah buat kakak-kakak Dija Kak... aku? nol besar kalo soal beginian. hhm... tetap semangat!!  doakan aku bisa mendapatkan sekolah yang bagus buat Dija ya Kak... 




Hehehee... Dija makin kenceng merengeknya Kak... Kami pamit dulu yaaa. Sepertinya dia sudah tak kuat lagi menahan kantuk...mungkin juga terlalu lelah setelah mengejar kupu-kupu. heheheheee

Kapan-kapan kami berkunjung lagi.

daaaaaaaaaaa.......







YellowLife berpartisipasi dalam ‘Saweran Kecebong 3 Warna’ yang didalangi oleh Jeng Soes - Jeng Dewi -Jeng Nia, disponsori oleh Jeng AnggieDesa Bonekadan Kios108.

Wednesday, January 11, 2012

Things I Like This Week : Yeo's, InterSun and Diego



Minuman ini sebenarnya sudah lama ada, dan juga sudah lama aku suka. Tapi entah kenapa, minggu ini kok rasanya aku tergila-gila. hehehehee... Enak sih. Jadi pingin tau, ada teman blogger yang suka minuman ini juga gak ya.....



Benda yang aku suka banget minggu ini adalah sunblock produksi Interbat, judulnya INTERSUN.
Sebelumnya aku sudah lama pakai merk parasol cream SPF35. Tapi ketika diaplikasikan ke kulit, kesannya kulitku jadi agak merah. Seperti orang yang salah pakai warna alas bedak.

Beda dengan intersun, ketika dipakai, kulit wajahku gak kelihatan memerah lagi, mungkin karena warna creamnya sedikit lebih terang dibanding parasol. Like it so much deh...




Terakhir, dengan bangga aku proklamirkan... that I'm in love to  Diego Bunuel !!!!



Yang belom kenal siapa Diego, mari kita simak Diego memperkenalkan dirinya sendiri:


My name is Diego Buñuel, host and director of the series, "Don’t Tell My Mother", on the National Geographic Channel. I am a French foreign news correspondent, and the grandson of the renowned Spanish film director, Luis Buñuel. I was born in Paris, and have bachelor degrees in journalism and political science from Northwestern University in Chicago, USA. After graduating, I did an internship at the Chicago Tribune before moving to Florida to handle the police beat for the Sun-Sentinel in Miami. The French military drafted me to serve in Sarajevo. I worked for NATO’s weekly armed forces newspaper and travelled all over the war-torn Balkans. My 10-month experience in the service inspired me to become a war correspondent. In 2001, I joined the Capa Television Agency where I produced and reported for French television. My assignments focused on international affairs from Afghanistan, Congo, Iraq, Indonesia, Israel, China and North Korea 




Ingin kenal Diego lebih dalam lagi? Monggo silakan  menonton acara Diego di National Geographic Channel. Nama acaranya  "Dont Tell My Mother". Siap-siap jatuh cinta pada Diego, sama sepertiku. hihihhi...

"Diego, would you marry me???"










PS:  Sepertinya Diego GAY!!! Huahahahahahaaaaa

Monday, January 9, 2012

Colorful Batik

Gembira tak terkira!!!!

Seperti anak kecil yang berada di toko permen. Itulah aku ketika aku berada di Pasar Klewer Solo,  hunting kain batik berwarna cerah. Memeriksa koleksi setiap toko yang ada, satu-persatu... akhirnya aku menemukan kain batik yang kucari-cari selama ini. Tentunya dengan harga murah.



Yang paling depan, berwarna pink cerah, adalah batik cap dengan motif parang. Sedangkan 5 warna di belakangnya adalah batik cap dengan motif Truntum. Lihat warnanya... Cantik sekali kan?

Tak puas sampai di situ, dengan penuh semangat membongkar seluruh isi pasar, aku akhirnya menemukan lagi kain yang benar-benar membuatku jatuh cinta.




Kualitas kain lebih halus, harganya juga lebih mahal sedikit. Motifnya itu lho... uh, siapa yang tak jatuh hati???




Favoritku adalah kain batik yang bermotif gajah!!!  

Niat awal membeli semua kain batik ini adalah untuk membuat baju Dija. Tapi setelah kain di tangan, kok rasanya sayaaaang jika digunting-gunting. hehehehhe..... gak tega.
Ada gak ya, yang sama gilanya denganku jika menyangkut batik?




Ada yang berminat dengan kain-kain batik di atas????

Saturday, January 7, 2012

Dija and Her White Dress




Alhamdulillaaaaaaaaaah, aku berhasil menyelesaikan satu dress buat Dija. Bahan yang dipakai untuk dress ini adalah kain katun yang lembut sekali, dingin di kulit dan bahannya jatuh, tidak mengembang. Benar-benar nyaman dipakai. Cuman sayangnya gampang sekali kusut. 

she loves this dress


Awalnya ingin membuat dress putih dengan beberapa ornamen tambahan, agar tidak terlalu polos. Tapi begitu  dressnya jadi, aku tidak berminat lagi menambahkan aneka macam ornamen, apapun itu. Dress ini sudah terlihat anggun dengan kesederhanaannya. Begitu pula Dija... ketika memakai dress ini, jadi kelihatan  cewek banget deh, hehehhee.

Aku sempat khawatir juga dengan panjang dress ini. Jangan-jangan menyulitkan gerak Dija, atau membahayakan Dija. Ternyata nggak tuh... Dija baik-baik saja dengan panjang dress ini. Masih bebas berlari,  bergerak dan menari.




Oh ya, sekalian ingin pamer kiriman barang dari Malaysia, hehehehee.... semoga teman-teman iri semua deh! Hahahahaa jahatnya aku........ (kalo ada yang iri, monggo silakan minta dikirimin paket yang sama  pada Bunda Zahia, hihihihihi)

Kemaren, Bunda Zahia-Zafira, alias Jeng Soes, alias Soesan Noerina mengirimkan sepaket hadiah buat Dija. Isinya sekotak coklat lezat, dua buah buku anak, dan satu ekor bebek plastik berwarna kuning sebagai teman Dija berenang. Hehehehee.... Dija suka sekali dengan bukunya....



Ketika aku memberikan bebek kuningnya itu, Dija langsung riang gembira dan berteriak  "Renang! Renang!"  terus menerus. Sekejap kemudian dia berlari, membongkar kotak mainannya... ternyata dia mencari pompa untuk meniup bebeknya! Aku sempat tertegun sebentar, ternyata dia tau bebeknya itu untuk berenang, dan dia juga tau pompa fungsinya untuk meniup si bebek.

Terima Kasih banyak Jeng Soes!!!

Tuesday, January 3, 2012

Melihat ke Atas dan ke Bawah

Tiga hari yang lalu, Aku dan Dija bertemu dengan sepupuku dan anaknya yang berumur 3 bulan lebih muda dari Dija. Tapi meskipun lebih muda dari Dija, si anak ternyata beratnya jauh di atas Dija. Dia tampak kekar dan berisi. Sama sekali tidak sebanding dengan Dija yang mungil dan terlihat kurus. Aku mulai iri.

Anak itu juga ternyata lebih cerewet, kosakatanya lebih banyak dibanding Dija, cara pengucapannya juga lebih jelas dari Dija. Aku jadi iri.

Sejenak kemudian, si anak meminta susu. Dan Sang Ibu membuatkan susu di botol besar. Dipegangnya botol itu sendiri, diminumnya dengan antusias. Glek glek glek.... tak butuh waktu lama, susu formula di botol besar itupun habis. Jadi inget Dija.... yang susah minum susu ketika sadar.  Harus dibujuk-bujuk dulu dengan segala daya dan upaya, agar Dija mau minum susu. Lebih mudah memberinya susu ketika Dija tidur. Ah aku makin iri.

Lebih miris lagi, ketika Ayah Dija melayangkan protes, kenapa gadis kecilnya tidak gemuk lagi seperti dulu. Duh.... rasanya aku adalah orang yang paling bersalah di muka bumi ini. Tidak becus mengurus Dija.





Dua hari yang lalu, Aku dan Ibuku menjenguk sepupuku lainnya yang sedang menemani bayinya di ICU sebuah rumah sakit. Bayi cantik berumur 9 bulan , kulitnya putih bersih, rambutnya hitam lebat, lemah tak bisa banyak bergerak di ranjang rumah sakit. Ada selang kecil di hidungnya, fungsinya untuk memasukkan cairan susu. Ada selang infus di tangan kanannya yang mungil. Sementara tangan kirinya tampak bengkak. ada luka tusuk di beberapa tempat, membiru. Sepertinya bekas tusukan jarum infus. Si bayi mungil yang cantik itu menangis... tapi lebih pantas disebut merintih karena tanpa tenaga. Sang Ibu bercerita, ada masalah dengan paru-paru si bayi. Mereka sudah hampir seminggu berada di ICU.

Aku teringat Dija di rumah.... yang tadi menangis sekencang-kencangnya karena melihatku pergi.
Aku teringat Dija di rumah.... yang ketika bangun tidur, langsung lari-lari mengejar kucing. Atau menari boogies beebies. dan selalu jingkrak jingkrak kegirangan mengejar gelembung-gelembung sabun.
Aku teringat Dija di rumah.... yang  sampai malam tak pernah lelah mengajakku bermain, meskipun mataku sudah tak kuat lagi menahan rasa ingin terpejam.

Alhamdulillah....




Tak perlu iri lagi melihat anak lain yang lebih gemuk, lebih doyan minum susu. Tak perlu iri lagi melihat anak-anak seumuran Dija yang sudah bisa banyak bicara....
Dijaku sudah luar biasa. InsyaAllah sehat dan lincah. Alhamdulillah jarang sakit. Apapun kondisinya, Dijaku tak tergantikan.








***maaf, postingan curhat lagi.

Monday, January 2, 2012

Frankly, I Don't Like New Year

Hal yang paling aku benci saat tahun baru adalah bunyi petasan, kembang api, firework... yang tiada henti sepanjang malam, dan bisingnya deru motor yang konvoi pada malam itu. Itulah alasan utama kenapa keluarga kami tidak pernah merayakan pergantian tahun dengan pergi keluar rumah. Ketika banyak teman-teman yang mangajak untuk menghabiskan malam itu dengan makan bersama, atau hanya keluar menikmati malam.... well, menurutku lebih baik tiduran di rumah sambil nonton film bersama keluarga.

Banyak sms masuk, sekedar ucapan selamat tahun baru, tapi ada satu atau dua sms yang menanyakan soal resolusiku tahun ini. Malu sih sebenarnya, ketika ingat resolusi tahun lalu banyak yang tidak terwujud. Aku jadi memasang standar agak rendah di tahun ini. Tidak mau muluk muluk....yang terpenting sebenarnya adalah mewujudkan keinginan yang tahun lalu belom tercapai. Misalnya... menyelesaikan beberapa proyek baju Dija yang terbengkalai, hehehehe..... (Maaf ya Dija.. maafkan kemalasan tantemu ini....)




Lainnya... Aku cuma berharap agar tetap diberi inspirasi, semangat dan kekuatan untuk "menghidup"kan  acara ngeblog tiap hari. Hehehehee.... harus diakui, kira kira 2 bulan terakhir ini aku benar-benar harus berjuang untuk menghadapi kemalasan ngeblog. Oh God, please help me.

So... Semoga postingan buruk ini tidak akan menjadi awal yang buruk pula di tahun 2012. Semoga postingan berikutnya bukan hanya sekedar curhat, hehehe....

Tetap Semangat!!!!